Babak Belur Gegara Covid-19, BPS Bongkar Fakta 82 Persen Profit Pengusaha Anjlok hingga Gulung Tikar

- 19 September 2020, 08:55 WIB
Ilustrasi resesi ekonomi akibat pademi global Covid-19.
Ilustrasi resesi ekonomi akibat pademi global Covid-19. /Foto: Pixabay/Geralt/

PR PANGANDARAN – Pandemi Covid-19 menyerang semua sektor kehidupan, salah satu yang paling terdampak adalah sektor ekonomi.

Melalui survei yang dilakukan Badan Pusat Statistika (BPS) secara online dengan target para pelaku usaha, baik Usaha Mikro Kecil (UMK) dan Usaha Menengah Besar (UMB) seluruh Indonesia.

Survei tersebut diikuti oleh 34.559 responden, terdiri dari 25.256 unit (73%) UMK dan 6,821 (27%) UMB.

Baca Juga: Bantuan Presiden Rp 2,4 untuk Pelaku UMKM Cair! Simak 6 Kriteria Penerima Lengkap dengan Prosedurnya

Responden secara proporsional mewakili Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua, serta Bali-Nusa Tenggara.

Hasil survei menggambarkan kondisi dunia usaha pada Maret, April, Mei, dan Juni 2020. Hal ini karena, pengumpulan data dilakukan pada 10-17 Juli 2020, saat Indonesia memasuki new normal.

Berdasarkan data yang didapatkan oleh BPS, sebanyak 82,85% unit usaha mengaku mengalami penurunan pendapatan selama pandemi Covid-19, hasil ini data keseluruhan dari UMK dan UMB.

Baca Juga: Cerita Persalinan Irish Bella, Ammar Fobia Darah hingga Bocoran Nama Buah Hati Berkaitan Covid-19

Usaha yang paling terdampak adalah perhotelan dan restoran. 92 dari 100 usaha mengaku mengalami penurunan pendapatan.

Usaha lain yang paling terdampak adalah transportasi dan pergudangan. 90 dari 100 usaha juga sama-sama mengalami penurunan usaha.

Namun, dari survei yang dilakukan oleh BPS ini didapat data bahwa 14,6% menyatakan jika pendapatannya relatif tetap, bahkan ada usaha yang pendapatannya meningkat sebesar 2,5%.

Baca Juga: Minim di Medsos, Publikasi TMMD Reguler Brebes Angkat Potensi Wisata Jembatan KA Kali Belang

Perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan ini yaitu farmasi, makanan kesehatan (herbal), budi daya pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), dan perdagangan secara online.

Selama pandemi ini, usaha yang tutup juga cukup banyak yaitu sebesar 8,7%. Menutup usaha dilakukan sementara untuk menghindari kerugian yang lebih banyak.

Sedangkan untuk usaha lain sebesar 24,3% lebih memilih untuk mengurangi produksi dan menurunkan kapasitas usahanya.

Baca Juga: Rekonstruksi Kasus, Polisi Ungkap Pemutilasi Sosok Pintar Pernah Mengajar hingga Ikut Olimpiade

Penurunan produksi ini dilakukan untuk menyeimbangkan biaya dan pendapatan, karena produk yang dibutuhkan pasar hanya sedikit.

Untuk beberapa usaha pandemi ini tak terlalu memberikan dampak dan menjalankan usahanya seperti biasa, tapi dengan meminta sebagian pegawai bekerja di rumah atau work from home (WFH) dengan persentase sebesar 5, 45%, sedangkan yang meminta seluruh pegawainya work from home sebesar 2,1%.

Beberapa usaha ada yang mengurangi pegawainya di antaranya industri pengolahan, bisnis konstruksi, dan hotel restoran. Pengurangan pegawai ini sebesar 33% dari UMK, dan sebesar 46% dari UMB.

Baca Juga: Kampanye ‘Semua Rp1’ ShopeePay Dorong Adopsi Transaksi Contactless dengan Lebih dari 8 Juta Voucher

Namun, sebesar 58,95% responden menyatakan tetap menjalankan usaha mereka seperti biasa meskipun pendapatan menurun.

Hal ini dilakukan untuk mempertahankan produk dan jasa di pasar sekalipun harus rugi. Jika mereka menarik diri, dikhawatirkan saat pasca pandemi pasar akan diambil alih oleh kompetitor.

Usaha yang tetap berjalan seperti biasa meskipun pendapatan menurun ini banyak terjadi di Jawa, dengan persentase Jawa Timur 58%, Jawa Tengah sebesar 55%, dan Jawa Barat sebesar 50%.

Baca Juga: [UPDATE] Corona Dunia Jumat, 18 September 2020: Kasus Global Tembus 30 Juta, Indonesia Catat Rekor

Bahkan di Sulawesi dan Jakarta dengan masing-masing persentase 60% dan 29% mempertahankan pekerjanya.

Hanya sebesar 33% yang merumahkan sebagian pegawai atau memangkas jam kerja.

Beberapa usaha yang dapat beroperasi seperti biasa ini di antaranya usaha penyediaan air, pengelolaan sampah, perdagangan, reparasi kendaraan, pertambangan, dan penggalian.

Baca Juga: [KABAR GEMBIRA] Kartu Prakerja Gelombang 9 Resmi Dibuka, Simak dan Ikuti 3 Langkah Berikut Ini

Sedangkan sektor usaha yang tertinggi menghentikan operasinya adalah jasa pendidikan, yaitu sebesar 73% tutup sementara.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x