Ernest Prakasa Ceramahi Indosiar Usai Heboh Sinetron Zahra, Cuitan Soal Mental Dikritik Jadi Sorotan

5 Juni 2021, 17:15 WIB
Ernest Prakasa Sebut Masalah ‘Suara Hati Istri’ Belum Selesai, Meski Pemeran Zahra Telah Diganti.* /Instagram.com/@ernestprakasa

PR PANGANDARAN - Usai heboh sinetron Suara Hati Istri dengan pemeran Zahra, komika sekaligus sutradara film Ernest Prakasa seolah ceramahi Indosiar lewat cuitan soal mental dikritik.

Cuitan Ernest Prakasa soal mental dikritik seketika jadi sorotan netizen. Dirinya seolah ceramahi Indosiar usai heboh sinetron Zahra.

Seolah ceramahi Indosiar soal mental dikritik usai heboh sinetron Zahra, Ernest Prakasa muncul sebagai salah satu artis yang ikut edukasi soal pernikahan dini.

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN Terbaru Juni 2021: Bank BRI Buka Peluang bagi Lulusan D3 Semua Jurusan

Polemik soal sinetron Suara Hati Istri yang sempat menggegerkan dunia hiburan Tanah Air masih terus berlanjut.

Setelah pemeran Zahra, Lea Ciarachel yang ternyata masih berusia 15 tahun, kini masalah lain muncul, yaitu jalan ceritanya yang dipertanyakan publik.

Banyak di antara publik yang menuding kalau jalan cerita sinetron tersebut melanggengkan tradisional pernikahan di bawah umur.

Baca Juga: Polemik Tes DNA Usai, Ratu Rizky Nabila Sebut Alfath Fathier Sudah Akui sang Anak Meski di Publik Ragu

Salah satu yang lantang menyuarakan bahwa ada masalah dalam sinetron Zahra adalah Ernest Prakasa lewat akun media sosial pribadinya.

Setelah serangkaian kritik dia lontarkan, cuitan terbaru Ernest Prakasa jadi sorotan. Dirinya seolah ceramahi Indosiar usai heboh sinetron Zahra.

Menurutnya, kritikan adalah sesuatu yang membuat seseorang merasa selalu tidak nyaman saat mendapatkannya.

Baca Juga: Dinda Hauw Diminta Jadi Bridesmaid di Acara Lamaran Lesti Kejora dengan Rizky Billar

"Tidak ada orang yang menikmati ketika dikritik," kata Ernest Prakasa, seperti dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari akun Twitter miliknya @ernestprakasa pada Sabtu, 5 Juni 2021.

Meski begitu, Ernest Prakasa menegaskan kalau di balik kritikan banyak terdapat manfaat bila seseorang mampu menerima dan menahan rasa tidak nyamannya itu.

"Tapi sebagian orang, sanggup menahan rasa sakitnya, untuk bisa menyerap manfaatnya. Semoga kamu pun demikian," sambungnya.

Baca Juga: Heboh Ayus Kini Suami Nissa Sabyan, Dokter Kandungan Ini Berakhir Dihujat Netizen: Ladang Fitnah!

Sehari sebelumnya, Ernest Prakasa membeberkan kritikannya terhadap sinetron Zahra dari berbagai sudut masalah yang disoroti olehnya.

Hal itu disampaikan Ernest Prakasa secara panjang lebar dalam unggahan video di akun Instagram miliknya.

Juara tiga kompetisi Stand-Up Comedy Indonesia di tahun 2011 ini mengaku tak peduli bila dirinya disebut orang yang menambah rumit masalah sinetron tersebut.

Baca Juga: Sebut 'Pernah Terciduk saat SMA Tapi Playing Victim', Nindy Ayunda Sindir Askara soal Pakai Narkoba?

"Mungkin ada yang mikir, 'ribet banget sih lu mau lu apa sih, rempong bangeet hidup lu dasar sjw,' dan sebagainya, terserah! Gue akan cerita, kenapa menurut gua sinetron ini masih bermasalah," ucapnya sebagai pembuka video.

Menyinggung kebijakan pemerintah soal batas usia perkawinan yang sebelumnya 16 tahun lalu direvisi menjadi 19 tahun, Ernest Prakasa mengungkapkan kalau pernikahan terlalu dini punya banyak dampak negatif.

"Di sini letak masalahnya sebenarnya. Kita, menurut gue, kita punya tanggung jawab buat mengedukasi bahwa pernikahan yang terlalu muda itu berbahaya, lebih banyak negatifnya daripada positifnya untuk si perempuan yang bisa ada di dalam lingkungan yang mungkin tidak akan seideal kalau dia menikah di usia yang lebih matang," ungkapnya.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta Sabtu, 5 Juni 2021: Andin Depresi Gegara Pengakuan Aldebaran Soal Identitas Reyna

Kemudian, sutradara film Susah Sinyal ini pun memberikan penjelasan terkait pendapat orang yang menganggap YouTube lebih berbahaya dibanding sinetron Zahra di televisi.

Soal ini, Ernest Prakasa menuturkan kalau ada prinsip mendasar yang membedakan antara YouTube dengan televisi.

"Itu YouTube masalahnya. YouTube itu bukan TV. TV itu adalah kanal publik dan karena itu kanal publik, maka orang-orang yang menumpang frekuensi milik negara tersebut punya tanggung jawab moral buat mengedukasi masyarakat.

"Beda sama konten di streaming, beda sama film, beda sama YouTube. Jadi emang gak bisa dibandingin, gitu. Ini dua hal yang berbeda," tandas Ernest Prakasa.***

Editor: Nur Annisa

Tags

Terkini

Terpopuler