Alif Fikri memilih untuk menyimpan surat itu hingga suatu hari nanti.
Baru beberapa bulan kuliah Alif Fikri mendapati kabar bahwa ayahnya di kampung meninggal.
Kehilangan sosok ayah yang menjadi tulang punggung membuatnya goyah untuk melanjutkan kuliah.
Awalnya Alif Fikri hampir menyerah, hanya saja ia kembali teringat mantra “man shabara zhafira” yang artinya, siapa yang bersabar akan beruntung. Ia memilih untuk tetap berjuang dan bersabar.
Meski ia sering mengalami masalah seperti keuangan dan semacamnya, akhirnya Alif berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai seorang penulis artikel media lokal di Bandung.
Dengan hasil jerih payahnya, Alif mampu mengirimkan sedikit uang untuk keluarganya di Minang.
Ditengah-tengah proses pendidikannya di UNPAD, Alif berhasil terpilih bersama enam perwakilan yang lain termasuk Raisa sebagai urusan pertukaran pelajar ke benua Amerika.
Tentu saja kesempatan tersebut tidak Alif sia-siakan. Ia pun memilih Kanada sebagai negara tujuan.
Artikel Rekomendasi