Malam Ini, Film Istirahatlah Kata-kata, Kisah Wiji Thukul Jelang Menghilang Tayang di TVRI

- 16 Juni 2020, 10:08 WIB
Ilustrasi Wiji Thukul.*/
Ilustrasi Wiji Thukul.*/ /YLBHI

Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif yang dilakukan oleh rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru.

Operasi pembersihan tersebut hampir merata dilakukan diseluruh wilayah Indonesia. Kontras mencatat dalam berbagai operasi, rezim Orde Baru juga melakukan penculikan terhadap para aktivis (22 orang) yang hingga saat ini 13 orang belum kembali.

Wiji Thukul lahir tanggal 23 Agustus 1963 di Solo. Aktif berkesenian mulai sejak SMP ketika bergabung dengan Sanggar Teater Jagat.

Baca Juga: Hasil Tes Urine Bintang Emon Negatif Narkoba, Warganet: Hukumnya di Becandain, Lawaknya di Baperin

Lulus dari SMP, Thukul melanjutkan studi di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia ) meski hanya sampai kelas II. Disamping aktif berteater, Thukul juga menulis puisi.

Puisinya pernah dibacakan di Radio PTPN Solo, dimuat di Muiara, NOVA, Swadesi, Inside Indonesia dan Suara Merdeka.

Pergumulannya dengan kesenian kerakyatan semakin mendalam ketika mulai mengembangkan aktivitas kesenian di kampung bersama teman-temannya yang kebanyakan kaum buruh.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Jokowi dan Pejabat Solo Bersekongkol Korupsi Dana Haji Capai Rp 38,5 T?

Ia mulai membaca puisi bukan hanya di gedung-gedung kesenian atau kampus, namun juga di bis kota, kampung bahkan di aksi-aksi massa .

Kumpulan puisi yang sempat diterbitkan "Darman" dan "Mencari Tanah Lapang". Karya puisinya yang terkenal adalah yang berjudul "Peringatan" yang pada akhir bait puisi berteriak : "hanya ada satu kata: Lawan!"

Halaman:

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Ringtimes Banyuwangi (PRMN)


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah