Malam Ini, Film Istirahatlah Kata-kata, Kisah Wiji Thukul Jelang Menghilang Tayang di TVRI

- 16 Juni 2020, 10:08 WIB
Ilustrasi Wiji Thukul.*/
Ilustrasi Wiji Thukul.*/ /YLBHI

PR PANGANDARAN - Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) menayangkan siaran bertajuk Program Belajar di Rumah semasa pandemi Covid-19.

Program besutan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini telah menemani siswa belajar di rumah melalui tayang edukasi pendidikan.

Malam ini, Selasa, 16 Juni 2020, giliran Film Istirahat Kata-kata yang akan tayang di TVRI pada pukul 21.30 WIB.

Baca Juga: Temukan Bukti Pesawat Alien dalam Foto NASA, Pemburu UFO: Alien 100 Persen Benar Adanya!

Melansir situs Kemendikbud RI, film ini diproduksi pada tahun 2017 oleh Yosep Anggi Noen yang mengisahkan aktvitas Wiji Thukul menjelang hilang.

Artikel ini pernah tayang di Ringstimesbanyuwangi.pikiran-rakyat.com dengan judul Film Wiji Thukul 'Istirahatlah Kata-kata' Tayang di TVRI Selasa 16 Juni 2020

Dilaporkan kontras.org, pada 24 Maret 2000 telah menerima laporan dari keluarga Wiji Thukul atas hilangnya aktivis sekaligus penyair Wiji Thukul.

Hari-hari sebelum Fitri bulan Februari 1998. informasi terakhir sekitar bulan April-Maret 1998, Wiji Thukul sempat bertemu temannya tetapi sejak saat itu hingga sekarang (selama 2 tahun ini), Wiji Thukul hilang.

Hilangnya Wiji Thukul pada sekitar Maret 1998 diduga kuat berkaitan dengan aktivitas yang dilakukkan oleh yang bersangkutan.

Baca Juga: Mutasi Covid-19 Baru: Jumlah Mahkota 4 Kali Lebih Banyak, Tingkat Penularan 10 Kali Lebih Mematikan

Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif yang dilakukan oleh rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru.

Operasi pembersihan tersebut hampir merata dilakukan diseluruh wilayah Indonesia. Kontras mencatat dalam berbagai operasi, rezim Orde Baru juga melakukan penculikan terhadap para aktivis (22 orang) yang hingga saat ini 13 orang belum kembali.

Wiji Thukul lahir tanggal 23 Agustus 1963 di Solo. Aktif berkesenian mulai sejak SMP ketika bergabung dengan Sanggar Teater Jagat.

Baca Juga: Hasil Tes Urine Bintang Emon Negatif Narkoba, Warganet: Hukumnya di Becandain, Lawaknya di Baperin

Lulus dari SMP, Thukul melanjutkan studi di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia ) meski hanya sampai kelas II. Disamping aktif berteater, Thukul juga menulis puisi.

Puisinya pernah dibacakan di Radio PTPN Solo, dimuat di Muiara, NOVA, Swadesi, Inside Indonesia dan Suara Merdeka.

Pergumulannya dengan kesenian kerakyatan semakin mendalam ketika mulai mengembangkan aktivitas kesenian di kampung bersama teman-temannya yang kebanyakan kaum buruh.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Jokowi dan Pejabat Solo Bersekongkol Korupsi Dana Haji Capai Rp 38,5 T?

Ia mulai membaca puisi bukan hanya di gedung-gedung kesenian atau kampus, namun juga di bis kota, kampung bahkan di aksi-aksi massa .

Kumpulan puisi yang sempat diterbitkan "Darman" dan "Mencari Tanah Lapang". Karya puisinya yang terkenal adalah yang berjudul "Peringatan" yang pada akhir bait puisi berteriak : "hanya ada satu kata: Lawan!"

Sebagai seniman yang dibesarkan di kampung, Thukul bersama kawan-kawannya mebangun kolektif kesenian kampung yang bernama "Sanggar Suka Banjir".

Baca Juga: Detik-detik Dramatis Jatuhnya Pesawat TNI AU, Warga: Suara Ledakan dan Teriakan Pilot Tak Terlupakan

Dari sini pula Thukul mulai terlibat dalam aksi-aksi melawan ketidakadilan dan penindasan. Represi aparat mulai dirasakan ketika Thukul bersama rakyat di kampungnya memprotes pencemaran pabrik tekstil PT. Sari Warna Asli.

Dalam aksi ini Thukul sempat ditangkap dan dijemur oleh aparat Polresta Surakarta. Namun tekanan ini tak menyurutkan langkahnya.

Thukul kemudian bergabung dalam Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (JAKKER) yang aktif dalam aksi-aksi buruh. Dalam aktivitas inipun Thukul tak luput dari represi aparat.

Baca Juga: Fakta Terbaru Virus Apokaliptik, Dokter: Peternakan Ayam Jadi Ancaman Pandemi Paling Mematikan Dunia

Dalam aksi buruh PT. Sritex bulan Desember 1995, Tukul dianiaya oleh aparat hinga salah satu matanya cidera hampir buta.***(Dian Effendi/Ringstimesbanyuwangi.pikiran-rakyat.com)

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Ringtimes Banyuwangi (PRMN)


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah