Kupas Tuntas Fetish, Psikolog: 6 Bulan Fokus pada Fantasi hingga Curi Objek yang Diinginkan

31 Juli 2020, 13:30 WIB
ILUSTRASI lambang homoseksual.* /Pixabay/

PR PANGANDARAN - Semenjak viral dan menjadi buah bibir di kalangan warganet Twitter, kata fetish kini menjadi hal yang paling banyak di cari laman pencarian google.

Tak umum didengar, fetish ternyata penyimpangan yang di idap seseorang dalam kategori kecenderungan seksual.

Biasanya para pengidap memiliki dorongan seksual atau ketertarikan pada bagian-bagian tubuh yang sifatnya non-genital seperti rambut, telapak kaki dan ibu jari kaki atau benda mati.

Baca Juga: Awkarin Gerak Cepat Siapkan Pengacara Bantu Korban 'Fetish Kain Jarik' Sembari Minta Doa

Sementara itu, menurut psikolog Inez Kristanti, orang dengan fetish bisa saja sudah merealisasikan dorongan pada fantasinya.

Lalu, apakah fetish merupakan sebuah gangguan psikologis?

"Belum tentu. Ketika seseorang yang memiliki dorongan seperti ini merealisasikan fetish-nya dengan pasangan yang memberikan persetujuan atau consent (mau sama mau), fetish bisa saja tidak menjadi sebuah masalah," kata dia kepada ANTARA, Jumat.

Baca Juga: Sempat Viral 'Jual-Diri' untuk Covid-19, Angela Gilsha Bahas Keperawanan Sarah Keihl: Gak Suka Mabuk

Namun, kondisinya menjadi berbeda jika kecenderungan ini sampai menimbulkan distress yang signifikan bagi orang yang mengalami fetish, merugikan orang lain atau memaksa orang lain melakukan fetish yang sebenarnya tidak diinginkan.

Sebagai contoh, seseorang merealisasikan fetish tanpa persetujuan orang yang bersangkutan untuk melakukan aktivitas seksual atau sampai menjadi pengganti (substitusi) pasangan manusia atau menjadi syarat mutlak untuk melakukan aktivitas seksual (hingga mungkin mengganggu kehidupan seksualnya dengan manusia lain).

Menurut Inez, pada kasus ini seseorang bisa mengkonsultasikan kondisinya kepada pakar kesehatan mental untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai.

Baca Juga: Bukan Hanya Sambal Kecap,Berikut 4 Kreasi Sambal Lain untuk Sate Daging Kurban Lebih Lezat

"Diagnosis fetishistic disorder bisa diberikan oleh mental health professional," ujar dia.

Pendapat serupa juga diungkapkan psikolog klinis dewasa Nirmala Ika. Untuk memastikan seseorang dengan fetish perlu ada pemeriksaan langsung oleh para ahli kesehatan.

Nirmala juga tak bisa serta merta menyebut fetish sebagai salah satu bentuk penyimpangan seksual.

Menurut dia, perilaku disebut penyimpangan seksual jika minimal selama enam bulan terus terfokus pada fantasi dan membuat dia tidak bisa berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga: Romantis! Lesty Kejora Ketahuan Refleks Suapi Rizky Billar, 'Tim: Kita Gak Nyuruh Ya'

"Karena pikirannya fokus di situ, dan mulai melakukan tindakan-tindakan yang menganggu misalnya sampai mencuri, atau bahkan hingga melakukan tindakan kriminal yang lebih berat lagi demi mendapatkan obyek yang dia inginkan," demikian jelas Nirmala.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler