Mengenal Quarter Life Crisis, Dampak, dan Cara Menghadapinya

- 6 Oktober 2021, 12:40 WIB
Ilustrasi Quarter Life Crisis. Demikian penjelasan Quarter Life Crisis, dampak, dan cara menghadapinya yang perlu Anda ketahui, simak selengkapnya.
Ilustrasi Quarter Life Crisis. Demikian penjelasan Quarter Life Crisis, dampak, dan cara menghadapinya yang perlu Anda ketahui, simak selengkapnya. /Pixabay/PublicDomainPictures

PR PANGANDARAN - Medical Science Club FKKMK UGM menyelenggarakan diskusi dengan topik “Quarter Life Crisis” dengan narasumber Psikolog Klinis Fakultas Psikologi UGM Azri Agustin, M.Psi. dan Dosen Ilmu Kedokteran Jiwa FKKMK UGM dr. Ronny Tri Wiranto, Sp, KJ.

Azri menjelaskan Quarter Life merupakan usia antara 18-30 tahun. Masa tersebut merupakan masa transisi dari fase remaja ke fase dewasa.

“Pada masa transisi ini juga ada tugas perkembangan, misalnya mulai mandiri, ada tugas untuk mengembangkan karier yang dimulai dengan memilih pendidikan, menyelesaikan dan memilih karier untuk ditekuni. Selain itu juga ada tuntutan dari lingkungan untuk mulai menemukan pasangan, membentuk keluarga, dan diharapkan bisa mapan secara finansial,” kata Azri.

Baca Juga: Hangat Diperbincangkan, Mari Mengenal Quarter Life Crisis dan Cara Menghadapinya

Menurut Azri, Quarter Life akan menjadi Quarter Life Crisis kalau ada ketimpangan antara tuntutan tugas perkembangan pada masa transisi dengan kemampuan kita untuk mengatasinya.

Terdapat beberapa ciri seseorang memiliki Quarter Life Crisis, pertama, kita akan mulai ragu dengan kemampuan diri sendiri seperti bertanya “Apakah aku bisa?, jangan-jangan aku gagal”.

Kedua, adalah tidak termotivasi dan mulai ada kekhawatiran atau cemas terhadap masa depan. Ketiga, mulai kecewa dengan pencapaian yang sudah didapat. Terakhir, mulai mempertanyakan tujuan hidup untuk apa terlahir di dunia ini.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu dan Pasangan Tak Siap Jalani Hubungan Serius, Salah Satunya Terlalu Posesif

“Kalau krisis ini terus-terusan tidak tertangani, maka akan menjadi gangguan kesehatan mental yang lebih berat, misalnya cemas atau anxiety, terlalu khawatir, dan takut. Jika kita menilai diri sendiri tidak memiliki kemampuan, tidak berharga, maka ini akan menjadi indikasi bahwa orang seperti itu mempunyai depresi,” kata Azri.

Seseorang yang sudah berada di tahap anxiety atau cemas akan khawatir terhadap hal-hal yang dianggap menjadi sumber ancaman.

Terdapat ketegangan motorik seperti merasa tegang, tidak nyaman, gelisah, detak jantung meningkat, kewaspadaan yang meningkat, dan penurunan konsentrasi. Sedangkan depresi ditandai dengan tiga gejala utama yaitu murung atau sedih berlebihan, hilang minat, dan mudah lelah.

Baca Juga: 4 Tips Menjaga Hubungan yang Sehat dan Bahagia bersama Pasangan, Nomor 1 Wajib Jaga Privasi

“Gejala ini menetap, setiap hari ada, bangun tidur sudah merasa lelah, merasa sedih terus bahkan menangis, lalu tidak minat untuk makan, belanja, beraktivitas dan jika gejala ini menetap sampai 2 minggu, bisa dikatakan sebagai depresi,” ujar Azri.

Dikutip Pikiran-Rakyat-Pangandaran.com dari UGM, Azri mengatakan bahwa Quarter Life Crisis merupakan hal yang lumrah.

“Untuk menghadapi Quarter Life Crisis, fokus dan komunikasikan harapanmu, kendalimu, dan komunikasikan dengan orang sekitar. Karena obat terbaik adalah obat yang tersedia, ada orang tua, teman, dosen dan orang-orang yang bisa diakses untuk memetakan, memberikan fakta objektif tentangmu. Juga jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog atau profesional, jangan tunggu masalahnya menjadi rumit untuk mendatangi psikolog,” ujar Azri.

Baca Juga: 5 Cara Membangun Hubungan yang Sehat dengan Anak, Salah Satunya Makan Bersama

Ronny mengungkapkan bahwa dalam menghadapi Quarter Life Crisis, kita perlu memprioritaskan kehidupan, baik thinking, emotion, dan behavior.

“Prioritaskan hal-hal yang besar terlebih dahulu, misalnya keluarga, teman, dan sebagainya. Lalu, jangan biarkan diri kita mengisi hidup kita dengan sesuatu yang tidak penting dan tidak terikat dengan kehidupan. Jika mengisinya dengan hal-hal yang tidak penting, maka kita akan kehilangan arti kehidupan itu sendiri,” kata Ronny.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: ugm.ac.id


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x