PR PANGANDARAN - Studi yang dipublikasikan di CMAJ mengungkapkan bahwa risiko kematian yang terkait dengan depresi muncul paling kuat karena depresi.
Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari situs Food.ndtv, risiko kematian perempuan salah satunya dipengaruhi karena depresi.
"Selama beberapa tahun terakhir di mana risiko kematian perempuan meningkat secara signifikan, peran telah berubah secara dramatis baik di rumah maupun di tempat kerja, dan banyak perempuan memikul tanggung jawab dan harapan ganda," kata Ian Colman dari University of Ottawa.
Baca Juga: Buktikan Gagal Cegah Kehamilan, Seorang Bayi Lahir dengan Memegang (IUD) Alat Kontrasepsi Ibunya
Tim menemukan bahwa masa hidup untuk orang dewasa muda dengan depresi pada usia 25 tahun jelas lebih pendek selama periode 60 tahun masa hidup lebih pendek mulai dari 10 hingga 12 tahun kehidupan, kemudian empat hingga tujuh tahun dan kemudian tujuh hingga 18 tahun lebih sedikit hidup.
"Pada awalnya asosiasi itu terbatas pada laki-laki, tetapi pada tahun-tahun kemudian hubungan itu juga diperuntukkan bagi perempuan," kata Stephen Gilman dari Institut Nasional Kesehatan Anak dan Pengembangan Manusia Eunice Kennedy Shriver di Maryland, AS.
Untuk penelitian tersebut, tim menganalisis 60 tahun data kesehatan mental pada 3410 orang dewasa dari suatu wilayah di Kanada Atlantik dan mengaitkan data itu dengan kematian dalam Database Mortalitas Kanada.
Baca Juga: Kawal Kasus Denny Siregar yang Berkepanjangan, Ridwan Kamil: Saya Kira Hidup Harus Adil
Meskipun depresi juga dikaitkan dengan pola makan yang buruk, kurang olahraga, merokok dan konsumsi alcohol, Sebagian besar faktor ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan kronis tetapi penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada faktor-faktor ini yang secara langsung meningkatnya kematian dini.
Artikel Rekomendasi