Dokter Psikosomatik: Gangguan Jiwa Tidak Selalu Gila, Ada Kondisi Gangguan Kejiwaan Masalah Lain

- 15 September 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi gangguan jiwa. / PIXABAY
Ilustrasi gangguan jiwa. / PIXABAY /

PR PANGANDARAN – Pelaku penusukan Syekh Ali Jaber yang melakukan aksinya pada Minggu, 13 September 2020 dikabarkan mengalami gangguan jiwa. Beberapa pihak pun menuding yang bersangkutan gila.

Padahal, nyatanya tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa pasti gila, melainkan bisa menjadi berkaitan dengan hal-hal kejiwaan lainnya.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh dokter Andri Spesialis Kedokteran Jiwa dari klinik psikosomatik rumah sakit OMNI Alam Sutera, Tangerang.

Baca Juga: Trauma hingga Tegang Warnai Jalan Persidangan, Suami Vanessa Angel: Gue Gak Kuat Tahan Tangis

“Gangguan jiwa tidak selalu berkaitan dengan gila, tapi ada juga kondisi gangguan kejiwaan masalah lain,” ucapnya dalam kanal Youtube Andri Psikosomatik yang diunggah pada 10 Desember 2015 silam. 

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi atau keadaan di mana ada masalah terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku manusia yang menimbulkan suatu penderitaan pada diri pasien dan ada gangguan fungsi baik pribadi, maupun sosial.

Dalam gangguan kejiwaan sering kali berakibat pada masalah pikiran, perasaan, dan perilaku yang terjadi pada pasien.

Baca Juga: Siap-siap 'Sumringah', Tenaga Honorer Ternyata Bakal Dapat Bantuan Sosial dari Pemerintah

Gangguan jiwa bisa merupakan gejala depresi, orang merasa putus asa, merasa tidak ada harapan hidup, kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari menurun, gejala insomnia atau sulit tidur, tidak ingin makan atau berat badan yang menurun.

Semua hal-hal tersebut termasuk ke dalam gangguan kejiwaan. Akan tetapi, tak semua orang memahami gejala gangguan jiwa ini, sehingga perlu adanya diagnosis yang tepat dan baik oleh dokter jiwa.

Setelah didiagnosis dengan baik, orang tersebut akan mendapatkan terapi baik secara psikoterapi atau dengan menggunakan obat-obatan.

Baca Juga: Minta Pelaku Diperiksa Tuntas, Fahri Hamzah: Penusukan Wiranto Bisa Dibuat Plot Kaum Radikal

Misalnya untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan kejiwaan depresi, perlu waktu minimal 2 minggu untuk seseorang mengalami gejala yang sama terus menerus hingga dia bisa dikatakan depresi.

Namun, ada yang disebut sebagai sindrom depresi yaitu adanya suatu kumpulan depresi yang berlangsung selama beberapa hari saja akibat suatu kejadian tertentu.

Jika seperti itu maka tidak bisa dikatakan menderita depresi atau mengalami gangguan jiwa.

Baca Juga: Pemkab Garut Bakal Tegakkan Protokol Kesehatan Covid-19, Rudi Gunawan: Saya Gunakan Teori DKI Lah

Penyakit gangguan jiwa lainnya yaitu gangguan kecemasan.

Gejalanya yaitu mengalami kekhawatiran yang berlebih, serangan panik, dada berdebar-debar, nafas seperti tercekat, sesak nafas, keluar keringat dingin, dan gejala lambung naik seperti ingin muntah.

“Jika gejala berulang lebih dari 3 kali dalam sebulan dan mengganggu kehidupan dalam keseharian serta menimbulkan suatu kekhawatiran akan adanya serangan kembali maka bisa didiagnosis mengalami gangguan kecemasan,” tuturnya.

Baca Juga: Undang Pihak Rumah Sakit Jiwa Buktikan Klaim Penusuk 'Gila', Polda Lampung: Isi Pikirannya Sulit

Selanjutnya yaitu gangguan kepribadian, dimana penderitanya sering tidak menyadari ada masalah dalam hidupnya.

Misalnya gangguan kepribadian ambang, penderita sering merasa tidak nyaman bersosial, sering merasa benci terhadap diri sendiri, atau tidak mampu mengatasi emosional seperti sering menyakiti diri sendiri.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x