Sebut Wanita Uighur Pezina dan Pembohong, Tiongkok Tolak Tuduhan Perkosaan Paksa

- 3 Maret 2021, 06:30 WIB
Potret sekelompok wanita Uighur
Potret sekelompok wanita Uighur /Reuters/Rooney Chen/

PR PANGANDARAN - Tuduhan pelanggaran berat hak asasi manusia di kamp penahanan Muslim Uighur di provinsi Xinjiang barat laut, Tiongkok telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
 
Beberapa laporan menuduh pihak berwenang Tiongkok menargetkan para wanita Uighur dengan pemerkosaan sistemik dan bentuk pengendalian kelahiran paksa, termasuk sterilisasi.
 
Atas tuduhan itu, Tiongkok seolah mengumumkan serangan balik yang menyatakan bahwa justru para wanita Uighur yang merupakan pezina dan pembohong. 
 
 
Pejabat Tiongkok yang menargetkan mantan tahanan Uighur dalam beberapa bulan terakhir dengan keras menolak tuduhan sterilisasi dan pelecehan paksa. 
 
Tiongkok telah melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap mantan tahanan Uighur dalam beberapa bulan terakhir.
 
Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk menghilangkan kritik internasional atas pelanggaran hal asasi manusia terhadap minoritas Muslim Uighur.
 
 
Para pejabat telah menyebut dan mempermalukan wanita yang telah berbicara menentang dugaan pelanggaran hak yang mereka alami selama dalam penahanan. 
 
Dalam upaya untuk membatalkan klaim dan mendiskreditkan saksi wanita Uighur itu, pejabat Tiongkok telah membanyahnya dengan data medis pribadi tentang wanita tersebut.
 
Para pejabat menuduh beberapa mantan tahanan wanita Uighur telah melakukan perzinaan dan salah satunya mengidap penyakit menular seksual. 
 
 
Klaim itu diciptakan seolah menjadi bukti bagi pihak berwenang Tiongkok bahwa kesaksian para wanita Uighur yang lantang bersuara itu tidak dapat diandalkan lantaran punya "karakter yang buruk".
 
Wakil kepala departemen publisitas Xinjiang, Xu Guixiang mengatakan pada konferensi pers bulan Desember 2020 lalu bahwa pihak berwenang Tiongkok telah mengambil serangkaian tindakan untuk menegur beberapa media yang menurutnya keliru. 
 
Langkah-langkah itu di antaranya adalah dengan menerbitkan kesaksian video yang direkam sebelumnya dari mantan narapidana wanita Uighur di kamp Xinjiang. 
 
 
Namun, konferensi pers yang dikontrol ketat itu menunjukkan bahwa pejabat Tiongkok menargetkan mantan tahanan tertentu yang telah memberikan kesaksian kepada media internasional.
 
Dalam konferensi pers pekan lalu, juru bicara kementerian luar negeri, Wang Wenbin menuduh seorang wanita Uighur tersebut telah menyebarkan "kebohongan dan rumor".
 
Sebagai bukti, Wang menunjukkan fakta bahwa wanita Uighur itu sama sekali tidak menyinggung pelecehan seksual di kamp dalam wawancara sebelumnya. 
 
 
Sebagai senjata pamungkas, Wang juga membagikan detail pemeriksaan medis yang diklaimnya menunjukkan kesuburan wanita Uighur tersebut tanda dia tak pernah dipaksa diperkosa atau disterilisasi. 
 
Sebelumnya, penolakan atas tuduhan perkosaan sistemik dan sterilisasi juga terjadi pada bulan lalu.
 
Pejabat Xinjiang membagikan apa yang mereka katakan sebagai catatan medis pribadi seorang mantan tahanan wanita Uighur yang dinyatakan menderita sifilis.
 
 
Mantan tahanan wanita Uighur lainnya juga digambarkan oleh seorang pejabat Xinjiang memiliki "karakter yang rendah".
 
"Dia malas dan suka kenyamanan, kehidupan pribadinya kacau, tetangganya mengatakan bahwa dia berzina selama di China," kata pejabat itu, seperti dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari laman The New Arab pada Senin, 1 Maret 2021.
 
Seperti diketahui, Tiongkok telah dituduh melakukan pemerkosaan secara sistemik, sterilisasi paksa, penyiksaan, kerja paksa, dan pelanggaran lainnya.
 
Sebuah laporan dari sebuah kantor berita internasional baru-baru ini yang menuduh pemerkosaan sistemik dan pelecehan seksual di kamp Xinjiang, mati-matian dibantah otoritas Tiongkok.
 
 
Padahal, dalam beberapa tahun terakhir, angka kelahiran terpantau menurun drastis di provinsi barat laut yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Uighur 
 
Para ahli telah mengaitkan penurunan tersebut dengan laporan para mantan tahanan wanita Uighur yang mengalami aborsi paksa, sterilisasi, pemasangan IUD dan penahanan karena terlalu banyak anak.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Al Arabiya


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x