Sebab, banyak warga setempat yang diberdayakan untuk wisata body rafting. Hasilnya, perputaran uang khusus untuk body rafting saja mencapai Rp 2 miliar dalam satu tahun dan hasilnya bisa dinikmati warga.
"Setelah adanya BUMDes ini, body rafting di sini lebih berkembang, malah sekarang lebih berkembang lagi, terutama dalam pemberdayaan masyarakat," kata Ketua BUMDes Guha Bau Teten Sutanto dalam pesan elektronik yang diterima "PR", Kamis 5 Desember 2019.
Untuk tenaga pemandu body rafting misalnya, hampir semuanya warga Desa Kertayasa. Jumlahnya mencapai 107 orang. Belum lagi ada tenaga lain seperti sopir hingga penyedia jasa perahu.
Hal ini membuat warga setempat bisa lebih berdaya di daerah asalnya sendiri. Mereka tak perlu jauh-jauh mencari pekerjaan ke kota yang belum pasti didapatkan.
"Kita juga ada pelaku usaha yang mendapatkan manfaat setelah bekerjasama dengan BUMDes, mulai dari warung sampai homestay," ungkap Teten.
Baca Juga: Dua Peselancar Asal Pangandaran Wakili Indonesia di Sea Games 2019
Yang terkena dampak langsung dari hadirnya BUMDes pun mencapai sekitar 1.000 orang dari sekitar 4.000 warga Desa Kertamulya. Di luar itu, warga lain juga merasakan dampak positif karena mulai banyak dikunjungi wisatawan.
Di antaranya adalah Saung Angklung Mang Koko, Seni Benjang Batok, hingga Sanggar Seni Badud. Semua lokasinya tak jauh dari Green Canyon.
Pemberdayaan masyarakat yang dinilai mumpuni ini pun mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Beberapa penghargaan sudah diraih BUMDes Guha Bau.
Artikel Rekomendasi