Pabrik Rokok Turunkan Daya Produksi, Waspada Anak-anak Bisa Merokok dengan Harga Murah

- 16 April 2021, 22:05 WIB
Ilustrasi, pabrik rokok yang menurunkan daya produksi disebut akan mengkhawatirkan karena anak-anak bisa merokok dengan harga murah.*
Ilustrasi, pabrik rokok yang menurunkan daya produksi disebut akan mengkhawatirkan karena anak-anak bisa merokok dengan harga murah.* /Ilustrasi rokok tembakau. /Pixabay/Comfreak/

PR PANGANDARAN- Benar adanya pabrik rokok memutuskan untuk menurunkan produksi, di antaranya PT Nojorono Tobacco International (NTI) dan Korea Tomorrow & Global Corporation (KT&G) kini turun golongannya menjadi lebih rendah yakni di golongan dua.

"Dua pabrik tersebut turun dari golongan satu ke dua. Artinya, sepanjang 2020 produksi dari keduanya tersebut kurang dari 3 miliar batang," kata Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Direktorat Jenderal Bea Cukai, Kementerian Keuangan, Nirwala Dwi Heryanto.

Dalam keterangannya, Jumat 16 April 2021, Nirwala mengatakan hal itu disebabkan adanya turun permintaan atas merek rokok yang diproduksi kedua pabrik rokok tersebut.

Baca Juga: Pernah Jalani Toxic Relationship, Gritte Agatha ke Putri Delina: Dimintai Barang, Kasih Nggak?

"Permintaan turun bisa daya beli masyarakat yang melemah atau perubahan selera konsumen atau bisa juga sebab lainnya," ujarnya.

Secara terpisah, Peneliti Center of Human and Economic Development Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (CHED ITB-AD) Adi Musharianto memandang tren penurunan golongan diakibatkan banyaknya peredaran rokok murah.

Misalnya saja, kata Adi,  selisih tarif cukai antara golongan satu dan dua untuk segmen sigaret kretek mesin (SKM) memang cukup besar.

"Artinya, perusahaan golongan satu yang turun dapat menghemat biaya produksi dari pembelian cukai hingga 38 persen per batang rokok yang dijual," kata dia.

Baca Juga: Panen Dukungan Publik Usai Pangeran Philip Meninggal, Ratu Elizabeth II Ungkap Rasa Syukurnya

Sementara, Selisih tarif cukai bisa dimanfaatkan pabrikan untuk mendapatkan margin yang lebih besar, karena masih dapat memproduksi hingga tiga miliar batang rokok setahun.

Adi membenarkan bahwasanya, bisa terjadi pergeseran konsumsi ke rokok murah dan salah satu motif perusahaan rokok turun golongan adalah meraih besaran harga jual eceran (HJE) dan tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang dibayarkan kepada negara lebih murah.

"Dalam kondisi pandemi seperti ini harga murah tentu menjadi buruan bagi konsumen termasuk harga rokok," katanya.

Baca Juga: Terlahir dengan Kemewahan Hidup, 4 Zodiak Ini Miliki Kegiatan Memanjakan Diri yang Jarang Ditemui

Adapun rokok dengan harga murah tersebut, lanjut Adi, justru berpotensi bagi anak-anak untuk bisa merokok.

"Apabila rokok dijual dengan harga murah tentu akan menghambat upaya pengendalian tembakau,” terang dia, dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Antara

Adi menyarankan, pemerintah lebih tegas untuk mengawasi penerapan kebijakan harga.

"Pengawasan harga rokok menjadi hal yang urgen yang harus dilakukan oleh pemerintah saat ini,” pungkasnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x