Ahli Bank Dunia soal Pendidikan di Indonesia: Ada Krisis Besar Akibat Pandemi

- 17 September 2021, 15:30 WIB
Seorang spesialis pendidikan di Bank Dunia, Noah Yarrow, angkat bicara soal isu pendidikan di Indonesia di tengah pandemi Covid 19.
Seorang spesialis pendidikan di Bank Dunia, Noah Yarrow, angkat bicara soal isu pendidikan di Indonesia di tengah pandemi Covid 19. /Pixabay/Alexandra_Koch

PR PANGANDARAN - Ni Kadek Suriani adalah siswa yang sudah tidak sabar memulai tahun keduanya di SMP tahun lalu, sebelum pandemi Covid 19 melanda.

Kemudian akibat pandemi itu, orang tuanya kehilangan pekerjaan dan dia terpaksa membantu mencari nafkah di pulau Bali.

“Saya sempat berjualan tisu di lampu merah,” ujar gadis 13 tahun tersebut.

Baca Juga: Pangandaran Tingkatkan Kualitas Pendidikan di SD, Bupati Jeje Terapkan Pembelajaran Sistem Digital

Dikutip Pikiran-Rakyat-Pangandaran.com dari Channel News Asia, para ahli mengatakan goncangan ekonomi akibat pandemi dan penutupan sekolah selama lebih dari setahun telah menjadi pukulan telak bagi 68 juta siswa di Indonesia.

Ini juga menjadi ancaman yang melemahkan rencana Presiden Indonesia Joko Widodo untuk menciptakan ekonomi global lima besar pada tahun 2045 yang didorong oleh tenaga kerja terampil.

“Indonesia mengalami krisis pembelajaran besar sebelum pandemi dan kami menunjukkan bahwa itu jauh lebih buruk,” kata Noah Yarrow, ahli pendidikan di Bank Dunia.

Baca Juga: Nadiem Makarim Pastikan Pendidikan Anak-anak Awak Kapal Nanggala 402 Terjamin oleh Kemendikbud-Ristek

“Anak-anak belajar jauh lebih sedikit daripada yang seharusnya untuk (menuju) ekonomi global yang kompetitif,” ujarnya.

Menyoroti pergeseran Indonesia dari hasil pendidikan dari yang buruk ke yang mengerikan, sebuah laporan Bank Dunia pun dirilis pada Jumat 17 September 2021.

Disebutkan bahwa pandemi membuat lebih dari 80 persen anak 15 tahun ke atas berada di bawah tingkat kemampuan membaca minimum yang diidentifikasi oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan.

Baca Juga: UNICEF Serukan Sekolah Dibuka Kembali di Negara yang Terdampak Covid-19: Ini adalah Krisis...

Itu merupakan peningkatan tajam dari 70 persen siswa yang tidak dapat mencapai tolok ukur keaksaraan dasar dalam pengujian oleh program untuk Penilaian Pelajar Internasional (PISA) OECD pada 2018.

Data itu menempatkan Indonesia di urutan 8 persen terbawah dari 77 negara peserta.

Sebelum pandemi dan meskipun bersekolah lebih dari 12 tahun, rata-rata siswa Indonesia memiliki pembelajaran efektif hanya 7,8 tahun, demikian kata Bank Dunia. Data turun menjadi 6,9 tahun pada Juli 2021.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Sidak ke Sekolah, Temukan Guru dan Siswa Belum Patuhi Prokes

Hilangnya pembelajaran selama pandemi akan merugikan siswa setidaknya US$253 miliar (sekira Rp3.596 triliun) dalam pendapatan seumur hidup.

Sekolah-sekolah di Indonesia ditutup selama 55 minggu hingga 4 Agustus 2021, dibandingkan dengan 25 minggu di Vietnam, 37 minggu di Jepang, 57 minggu di Filipina.

Dengan ditutupnya sekolah, Indonesia mengembangkan kurikulum darurat yang disederhanakan dan menyiapkan pembelajaran online dengan kuota internet gratis.

Baca Juga: WHO dan UNICEF Menuntut agar Sekolah di Eropa Tetap Buka dan Dibuat Lebih Aman dari Covid-19

Namun studi Bank Dunia menemukan, rata-rata siswa hanya belajar selama 2,2 hingga 2,7 jam per hari. Kurang dari setengah siswa melakukan pelajaran online, meskipun lebih dari 90 persen menerima tugas yang sering kali dikirim melalui email.

Indonesia memiliki jangkauan internet yang luas tetapi Florischa Ayu Tresnatri, seorang peneliti di SMERU Institute yang berbasis di Jakarta mengatakan akses internet ke pelajaran online terganggu oleh konektivitas yang tidak merata.

Banyak keluarga hanya memiliki satu smartphone yang sering kali dibutuhkan oleh orang tua untuk bekerja.

Halaman:

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x