Terkonfirmasi Positif Covid-19 Usai Vaksinasi Dosis Pertama, Haruskah Anda Dapatkan Dosis Kedua?

19 Januari 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi Covid-19.* /Pixabay.com/geralt

PR PANGANDARAN – Vaksin Covid-19 menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi penyebaran virus corona di Indonesia. Apa jadinya apabila Anda terkonfirmasi positif Covid-19 justru setelah pemberian vaksin?

Seperti yang dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Cleveland Clinic yang diunggah di situs web pada Jumat, 15 Januari 2021 waktu Amerika Serikat, Dokter Spesialis Penyakit Paru Jafar Abunasser, MD, memberikan tanggapan.

Berdasarkan keterangan Dr.Abunasser, hal tersebut sebenarnya tidak menjadi persoalan untuk mendapatkan suntik vaksin Covid-19 dosis kedua.

Baca Juga: Sebelum Wafat karena Covid-19, Mantan Suami Nita Thalia Berpesan: Seny Harus Minta Maaf ke Keluarga

Anda hanya harus memantau gejala yang Anda rasakan dengan tepat, dan melakukan karantina yang sesuai.

Apabila gejala yang Anda rasakan akibat Covid-19 hilang, yakni 3 atau 4 minggu setelah pemberian dosis pertama, Anda bisa mendapatkan suntikan dosis kedua setelahnya.

Satu-satunya kasus yang bisa membuat Anda melewatkan jadwal seharusnya dalam pemberian suntik vaksin Covid-19 dosis kedua yakni ketika Anda merasakan reaksi alergi terhadap dosis pertama, dan bukan alergi akibat jarum suntik.

Baca Juga: Program BPUM BLT UMKM Rp2,4 Juta Diperpanjang, Simak Syarat dan Cara Mendaftar

Tanda Anda alergi akibat vaksin yakni ketika Anda merasa benar-benar sakit, dan menerima infus obat antibodi monoklonal karena alergi yang Anda rasakan berisiko tinggi.

Jika Anda kemudian diberikan rejimen antibodi, Dr. Abunasser menyarankan Anda untuk menunda pemberian vaksin dosis kedua selama sekitar 3 bulan atau 90 hari.

Sebab, Anda yang pernah mendapatkan vaksin dosis pertama masih dapat menularkan Covid-9 kepada yang lainnya meskipun telah divaksinasi.

Baca Juga: Ibunda Denny Cagur Meninggal Dunia, Narji Bergegas Takziah: Kalau Bicara Soal Mama Merinding

Mendapatkan vaksin bukan berarti Anda secara otomatis kebal dari virus tersebut. Perlu waktu bagi vaksin agar dapat bekerja secara efektif.

Oleh sebab itu, Anda tetap perlu menerapkan protokol kesehatan yang sangat berperan untuk melindungi kita dari penyebaran virus corona.

“Setelah dosis pertama, dibutuhkan sekitar satu minggu bagi Anda untuk mengembangkan beberapa respon antibodi, dan Anda mendapatkan respon imun parsial untuk dosis pertama,” katanya. 

Baca Juga: Divonis Sulit Hamil karena Keturunan Diabetes, Zaskia Sungkar: Gue Trauma, Kalau Sebelum Meninggal..

“Jadi mendengarkan hal itu pasti menjadi kabar baik bagi Anda. Namun, ini bukan berarti anda sepenuhnya kebal. Vaksin memang memberikan perlindungan, tetapi bahkan setelah dua dosis, vaksin memberi Anda sekitar 94% atau 95% tingkat perlindungan. Terlepas dari kenyataan bahwa Anda mungkin dilindungi, kami tidak dapat memberi tahu apakah Anda masih berisiko menjadi pembawa tanpa gejala dan memiliki kemampuan untuk membawa virus dan menyebarkan virus ke orang lain. Jadi, Anda tidak dapat berasumsi bahwa hanya karena Anda mendapatkan vaksin, kedua belah pihak terlindungi dan tidak lagi mampu membawa virus tanpa gejala dan menyebarkannya ke orang lain,” ujarnya.

“Mereka menunjukkan bahwa dengan rejimen vaksin dua dosis, sekitar 95% populasi akan mengembangkan kekebalan dengan cara yang akan melindungi mereka dari sakit jika terpapar virus. Namun, itu tidak berarti bahwa orang yang kebal tidak dapat membawa virus jika mereka terpapar. Sebaliknya, itu hanya berarti Anda jauh lebih kecil memiliki kemungkinan untuk sakit atau mengembangkan gejala. Kami tidak tahu apakah mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi juga mencegah Anda membawa virus tanpa gejala dan menyebarkannya, bahkan jika Anda sendiri terlindungi, orang lain tidak,” ujarnya.

Baca Juga: Muncul Teriakkan Minta Tolong dari Laut saat Penyisiran Korban Sriwijaya Air, Roy Suryo Buka Suara

Oleh sebab itu, berbagai pihak perlu melakukan kerja sama yang baik agar penyebaran virus tidak meluas yakni dengan tetap melakukan protokol kesehatan. ***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Cleveland Clinic

Tags

Terkini

Terpopuler