Ramalan Jayabaya: Masa 'Ratu Adil' yang Sejahterakan Rakyat Segera Tiba, Simak Apa Saja Pertandanya

- 19 Desember 2020, 15:16 WIB
Prabu Jayabaya, Raja Kediri
Prabu Jayabaya, Raja Kediri //Instagram.com/@realhistoryuncovered/

PR PANGANDARAN - Raja Jayabaya merupakan raja yang paling melegenda dikalangan rakyat Jawa, juga dikenal sebagai sosok yang seringkali meramalkan masa depan dan terbukti benar.

Ia merupakan raja yang memimpin Kerajaan Kediri dan berjaya pada tahun 1930-an hingga 1960-an, juga merupakan salah satu keturunan dari Prabu Airlangga yang merupakan penguasa tertinggi kerajaan kahuripan.

Sementara itu, Jayabaya merupakan sosok raja yang adil dan hebat, bahkan namanya masih dikenal dan banyak dibicarakan karena adanya ramalan Jayabaya.

Baca Juga: Dijamin Ngakak hingga Terpingkal, Ini 10 Episode 'Running Man' Paling Berkesan Sepanjang 2020

Untuk tahun 2021, Jayabaya pun pernah memberikan prediksinya bahwa ketidakadilan dalam suatu badan negara akan semakin nampak. Tak hanya itu, ia juga memprediksi bahwa 'Ratu Adil' akan segera tiba.

Ratu Adil sendiri merupakan seorang pemimpin yang digambarkan akan menghilangkan kesengsaraan umat manusia. Kemunculannya pun digambarkan oleh beberapa pertanda.

 

Ratu adil diyakini akan tiba saat negeri ini memasuki zaman kalabendu atau zaman kehancuran.

Baca Juga: Curhat Soal Penyakitnya, Rossa dengan Berat Hati Sebut Bakal Absen dari Indonesian Idol Sampai...

 

Berdasarkan ramalannya, Jayabaya percaya bahwa ada masanya Indonesia dipimpin oleh seorang ratu adil yang akan membawa Nusantara menuju kemakmuran. 

 

Berikut adalah ciri-ciri yang masa ratu adil akan segera tiba yang dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Ringtimes Banyuwangi dalam artikel berjudul "Ramalan Jayabaya, Inilah Pertanda Ratu Adil Segera Tiba, Salah Satunya Muncul Bintang Pari".

1. Pertanda yang sudah nampak

Dalam satu bait ramalan Jayabaya disebutkan bahwa sosok ratu adil akan tiba ketika ada kereta yang berjalan tanpa kuda, tanah Jawa berkalung besi, perahu berjalan di angkasa, sungai besar hilang lubuknya, dan pasar kehilangan gaungnya.

Tafsir bait tersebut antara lain, kereta yang berjalan tanpa kuda berarti kendaraan yang digerakkan menggunakan mesin, seperti mobil dan kereta. Sementara yanah Jawa berkalung besi berarti pulau Jawa dan pulau lainnya memiliki rel kereta api.

Lalu, perahu berjalan di angkasa adalah pesawat terbang, serta sungai kehilangan lubuknya disebabkan banyaknya bendungan. Pasar tradisional tersingkir kehilangan gaungnya diganti pusat perbelanjaan modern.

Baca Juga: KABAR BAIK! BST Rp 300 Ribu dari Kemensos Segera Cair Bulan Desember, Simak Cara Pencairannya

2. Kemunculan Bintang Pari

Sementara itu, bait lain menyebutkan bahwa sebelumnya akan ada pertanda bintang pari yang sangat panjang tepat di arah tenggara selama 7 malam.

Bintang akan menghilang mejelang pagi sekali, bersamaan dengan munculnya batara surya dan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut.

3. Pemimpin yang dimaksud

Bait ini menggambarkan tentang sosok pemimpin yang dinanti-nantikan tersebut asalnya dari kaki gunung Lawu sebelah timur. Sebelah timurnya sungai bengawan. Rumahnya seperti Raden Gatotkaca berupa rumah merpati susun tiga.

Baca Juga: Gunakan Helikopter untuk Intip Mantan Model saat Telanjang, Seorang Polisi Digugat Rp3,8 Miliar

Dalam bait ini jelas menyebutkan bahwa sosok ratu adil, pemimpin yang diharapkan membawa Indonesia menuju kemakmuran muncul dari kaki gunung Lawu, Jawa Timur.

4. Dialah sang ksatria yang terpilih

Datangnya seorang pemimpin bijak tersebut juga ditegaskan dalam bait berikut.

"Oleh sebab itu carilah satria itu sudah yatim piatu, tak bersanak saudara, sudah lulus weda jawa hanya berpedoman trisula.

Ujung trisulanya sangat tajam, membawa maut atau hutang nyawa. Yang tengah pantang merugikan orang lain yang kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan."

Baca Juga: Vanessa Angel Unggah Video TikTok, Komentar 'Genit' Suami Jadi Sorotan

Penafsirannya antara lain adalah mencari ksatria ini. Ia telah menjadi yatim piatu dan telah lulus Weda serta hanya bersandar pada Trisula.

Kedahsyatan Trisulanya telah teruji. Bagian tengahnya pantang merugikan dan membuat susah orang lain.

Bagian kiri dan kanan menolak segenap bentuk kebatilan. Trisula yang dimaksud tersebut dapat diartikan sebagai badan eksekutif, legislatif dan yudikatif saat ini.***(Yuli Astuti/Ringtimes Banyuwangi)

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Ringtimes Banyuwangi (PRMN)


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah