Marie Thomas pun berhasil masuk ke STOVIA setelah mendapat beasiswa dari Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen (SOVIA) atau beasiswa pendidikan bagi perempuan bumiputera .
Pada 26 April 1922 STOVIA menyatakan Marie Thomas lulus dengan nilai yang memuaskan, sehingga berhak menyandang gelar Indische Arts atau dokter Hindia. Kelulusannya menjadi bahan berita di Hindia Belanda, karena Marie Thomas menjadi dokter perempuan pertama di tanah air.
Pada awalnya, murid STOVIA dipandang rendah oleh kaum bangsawan Jawa. Namun, murid-murid lulusan sekolah ini kemudian membuktikan bahwa mereka bisa sukses dan berhasil menjadi seorang dokter.
Selain sebagai tempat semangat kebangkitan nasional terbentuk, STOVIA berhasil mencetak banyak dokter dan cendekiawan cemerlang, termasuk Marie.
Marie dikenal sebagai salah satu dokter yang berprestasi. Ia pun adalah orang yang pertama kali terlibat dalam kebijakan mengontrol kelahiran bayi lewat metode kontrasepsi Intrauterine Device (IUD).
Setelah lulus, Marie kemudian bekerja di Centraal Burger Ziekenhuis di Weltevreden atau rumah sakit pusat yang kini menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Selama menjadi dokter, Marie banyak melakukan penelitian di bidang ginekologi dan kebidanan.
Selain itu, ia pun pernah bekerja di kota Cirebon dan membantu wanita yang mengalami kesulitan dalam persalinan. Ia senang karena di sana, masyarakat sudah mempercayai medis karena seseorang dari kampung pedalaman memintanya untuk memeriksa kesehatannya.
Perempuan yang bernama lengkap Marie Thomas Maramis ini kemudian menikah dengan juniornya di STOVIA, Mohammad Joesoef. Ia bersama suaminya kemudian pindah ke Bukittinggi, Sumatera Barat.
Artikel Rekomendasi