WHO: Corona 'Tak Akan Pernah Hilang', LIPI Buat Strategi agar Indonesia Bisa Hidup Bersama Covid-19

- 19 Mei 2020, 10:44 WIB
ILUSTRASI virus corona.* Pixabay
ILUSTRASI virus corona.* Pixabay /

PIKIRAN RAKYAT - Setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa virus corona mungkin 'tak akan pernah hilang', dunia diminta hidup berdampingan dengan virus tersebut.

Tak berselang lama dari pernyataan WHO, Presiden RI, Joko Widodo juga mengulang pernyataan yang serupa, bahwa masyarakat Indonesia harus terbiasa dengan virus corona.

Kini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merekomendasikan strategi atau langkah agar bisa hidup berdampingan dengan virus corona.

Baca Juga: Pakar Penyakit Menular: Kumpul Keluarga saat Lebaran Lebih Berisiko Tertular Corona dari Berbelanja

Hal ini lantaran vaksin belum ditemukan, sembari menunggu vaksin dirilis peneliti dunia, Indonesia perlu memulai kembali kehidupan.

Bukan karena tidak takut dengan kemuculan virus yang menyerang sistem pernapasan, namun Indonesia perlu menyelamatkan kondisi perekonomian.

Demi tetap bergeraknya roda perekonomian bangsa, sehingga kestabilan ekonomi dapat diraih kembali.

Baca Juga: Gara-gara 14 Wilayah Jabar Masih Berstatus Zona Merah, Ridwan Kamil Putuskan PSBB Jabar Dilanjutkan

"Kami sudah merekomendasikan bahwa bagaimana kita harus hidup bersama virus penyebab Covid-19 karena vaksin itu kemungkinan besar akan lama ditemukan," ujar Kepala LIPI Laksana Tri Handoko dalam webinar, Jakarta, Senin, 18 Mei 2020.

Ia juga menuturkan saat ini, vaksin belum akan tersedia setidaknya sampai dengan akhir 2021, dan program imunisasi akan memerlukan waktu cukup lama untuk seluruh populasi.

"Mau tidak mau kita memang harus hidup bersama Covid-19 sama dengan malaria, HIV, meskipun ini lebih sulit," ujar Handoko.

Baca Juga: Keistimewaan 'Si Gesits' Jokowi yang Jatuh ke Tangan Pengusaha asal Jambi Senilai Rp 2,55 Miliar

Handoko menuturkan tidak bisa terus menerus berada dalam kondisi seperti saat ini karena kegiatan ekonomi akan sangat bermasalah.

Maka mau tidak mau harus menerima realita bahwa masyarakat harus hidup berdampingan dengan SARS-CoV-2 sampai vaksin ditemukan dan imunisasi massal dilakukan.

"Tinggal kita bagaimana mengubah pola hidup dan budaya dalam melakukan kegiatan ekonomi itu. Kita harus menetapkan protokol di sekolah, terminal, bandara, dan tempat-tempat lain," tuturnya.

Baca Juga: Tengah Asyik Belanja Baju Lebaran di Ramayana, 2 Warga Jawa Timur Ternyata Mengidap Corona

Oleh karena itu, perlu dibuat protokol-protokol termasuk rekayasa sosial dengan asumsi harus dapat hidup berdampingan dengan virus penyebab Covid-19.

Dengan mengedepankan protokol pencegahan penularan Covid-19 dan protokol kesehatan dalam melakukan aktivitas.

"Itu yang harus mulai kita pikirkan sesegera mungkin supaya kita tidak terus terpuruk, kita harus menyeimbangkan urusan kesehatan dan ekonomi tapi urusan ekonomi, urusan perut harus dilakukan berdasarkan justifikasi dari segi kesehatan," ujarnya.

Baca Juga: Alami Demam Tinggi, Rano Karno Ungkap Adiknya 'Atun' Drop Bukan karena Penyakit Diabetes

Langkah-langkah itu adalah pengaktifan aktivitas ekonomi masyarakat dengan tetap melakukan kontrol dan mitigasi.

Tentunya, yang terukur dengan fokus skrining massal di simpul mobilitas publik seperti terminal dan bandara berbasis tes diagnostik cepat.

Dan uji polymerase chain reaction (PCR) massal di lokasi kerumunan permanen terutama untuk tenaga medis di rumah sakit, guru dan siswa atau pelajar di sekolah atau kampus, karyawan kantor dan industri.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x