Gunung Anak Krakatau Meletus Mengguncang Selat Sunda, Simak Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat dari PVMBG

- 25 April 2022, 23:36 WIB
Gunung Anak Krakatau Meletus Hebat, Simak Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat dari PVMBG
Gunung Anak Krakatau Meletus Hebat, Simak Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat dari PVMBG /

PANGANDARAN TALK - Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda kembali meletus pada Senin (25/4/2022).

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun telah menaikkan status Gunung Anak Krakatau ini dari waspada level II menjadi siaga level III.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta warga maupun wisatawan untuk tidak mendekati gunung paling aktif ini hingga radius minimal 5 kilometer dari kawah aktif.

Baca Juga: Tes Psikologi: Ketika Naik Mobil Karaktermu Bakal Ketahuan Saat Memilih Letak Kursi

"Peningkatan status ini dilakukan setelah melihat hasil pemantauan visual dan instrumental Gunung Anak Krakatau menunjukkan adanya kenaikan aktivitas yang semakin signifikan," kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono, dikutip Pangandaran Talk dari Antara.

Kendati begitu, Eko meminta warga khsusunya di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung untuk tetap tenang.

Jangan sampai warga terkecoh dengan isu-isu hoax tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami.

Eko menegaskan, warga masih bisa melakukan kegiatan seperti biasa, tetapi tetap harus berkoordinasi serta mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Sementara itu Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan mengatakan, sejak 15 April 2022 Gunung Anak Krakatau secara terus menerus sudah menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

Aktivitas vulkanik itu ditandai dengan embusan asap serta tingginya erupsi kolom dengan variasi setinggi 1.000 sampai 2.000 meter dari muka air laut.

Baca Juga: TES PSIKOLOGI: Gunung Mana yang Ingin Anda Jelajahi? Dia akan Mengungkapkan Karakter Kepribadian Anda

Bahkan dalam tiga hari terakhir erupsi kolom sudah mencapai 3.000 meter.

Berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan keluarnya emisi belerang dioksida yang mulai teramati pada tanggal 14 April.

Belerang dioksida itu dimuntahkan melalui kawah sebanyak 28,4 ton per hari, meningkat menjadi 68,4 ton per hari pada 15 April.

Setelah itu meningkat lagi secara drastis pada tanggal 23 April sebesar 9.219 ton per hari.

Hendra menjelaskan pantauan dari magma itu berhubungan dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini.

Hendra menejlaskan, peningkatan belerang dioksida yang signifikan, itu menandakan munculnya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.

Jumlah belerang dioksida yang mencapai 9,2 kiloton, mendekati kuantitas pengeluaran saat erupsi periode 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 yang mencapai 12,4 kiloton.

Lalu pada September-Oktober 2018 sebanyak 19,4 kiloton.

Baca Juga: TES PSIKOLOGI: Pilih Gunung yang Paling Memikat Hati untuk Mengungkap Hal Tersembunyi di Alam Bawah Sadar

Sementara berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter lebih kurang 2kilometer itu merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya saat ini, adalah lontaran material pijar dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi.

Oleh karena itu masyarakat yang bermukim atau yang beraktivitas di luar jarak radius lima kilometer dari pusat kawah relatif aman.

Potensi bahaya Gunung Anak Krakatau itu, jelas Hendra, menjangkau hingga 5 kilometer dari pusat kawah, sehingga masyarakat yang ada di luar itu bisa tetap tenang.

"Termasuk masyarakat yang melakukan mudik menggunakan transportasi kapal laut yang jaraknya puluhan kilometer (dari Gunung Anak Krakatau)," pungkas Hendra.***

Editor: Fikri Mahendra

Sumber: Antara


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x