Penutupan Paralimpiade Tokyo Sangat Meriah dan Penuh dengan Warna, Ketua Komite: Fantastis

- 6 September 2021, 07:00 WIB
 Olimpiade Tokyo 2020
Olimpiade Tokyo 2020 /Instagram/@nectardigita/

PR PANGANDARAN - Tokyo mengucapkan selamat tinggal yang penuh warna ke Paralimpiade, Minggu 5 September 2021.

Setelah dua belas hari pertunjukan yang menantang stereotip dan memecahkan rekor. Ketua komite Paralimpiade Internasional Andrew Parson menyatakan bahwa Olimpiade ditutup.

“Mereka tidak hanya bersejarah, mereka juga fantastis,” ujarnya yang dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari CNA. 

Baca Juga: dr Richard Lee Ungkap Beda Produk Kelly Pearl dari Thailand dan Indonesia, Ini Penjelasannya

Olimpiade Tokyo 2020 merupakan pertandingan yang tidak ada duanya, sempat tertunda setahun karena pandemi dan dirundung kesulitan serta rendahnya dukungan publik didalam pembangunannya.

Tapi aksi-aksi yang berlangsung tersebut tidak mengecewakan, dengan rekor 86 tim peraih medali dan 62 tim mengklaim setidaknya satu medali emas.

Parson mengatakan bahwa “Olimpiade telah membuka pintu dan ini adalah waktu bagi kita semua untuk memainkan peran kita untuk mendobrak penghalang.”

Baca Juga: Tes Karakter: Gambar Pertama yang Dilihat Tentukan Kepribadianmu Menarik di Mata Orang Lain

“Selama karnaval olahraga kami merayakan perbedaan, menunjukkan yang terbaik dari kemanusiaan dan menunjukkan persatuan dalam keragaman,” ujarnya.

Upacara penutupan Paralimpiade tidak dihadiri para penggemar karena masih dalam situasi pandemi seperti sekarang ini. Tetapi sekitar 2000 atlet dan official yang hadir, mereka semua bersatu dalam hiruk-pikuk yang harmonis sebagai temanya.

Penutupan tersebut sangat meriah, menampilkan para breakdancer berpakaian neon, kupu-kupu unicycling dan strutting-walker. Semuanya menggunakan bahan daur ulang untuk alat peraga yang hidup.

Baca Juga: Tes Karakter: Gambar Pertama yang Dilihat Tentukan Kepribadianmu Menarik di Mata Orang Lain

Diantara para atlet yang membawa bendera negara mereka ada Hossain Rasouli dari Afghanistan dan Zakia Khudadadi yang tiba di Tokyo dalam situasi Olimpiade yang sudah berlangsung setelah mereka berdua dievakuasi dari kabul yang dikuasai Taliban.

Pasangan yang mengenakan baju olahraga tim merah dan hijau itu menyerahkan bendera kepada seorang sukarelawan sebelum bergabung dengan atlet lain untuk membantu menghias menara Skytree Tokyo.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike menyerahkan bendera Paralimpiade kepada Parsons, kemudian diserahkan kepada walikota Paris Anne Hidalgo. Mewakili tuan rumah 2024.

Baca Juga: Najwa Shihab Dapat Surat Cinta dari Penggemar, Dibekali Kolak Durian hingga Dendeng Balado

Parsons mengumumkan akhir Olimpiade, menutup tirai setelah 539 medali emas yang diperebutkan di 22 cabang olahraga.

“Saya tidak ingin melakukan ini, tetapi sudah waktunya bagi saya untuk menyatakan Paralimpiade Tokyo 2020 ditutup,” katanya.

China finish di puncak tabel medali dengan 207 termasuk 96 emas, diikuti oleh Inggris, Amerika Serikat dan Rusia.

Baca Juga: Alvin Faiz Disebut Ambil Mobil Larissa Chou untuk Henny Rahman, Ameer Azzikra: Untuk Antar Yusuf Aja

Banyak atlet yang menjadi sorotan, ada legenda bersepeda Sarah Storey yang menjadi atlet Paralimpiade paling sukses di Inggris dengan medali emas ke-17 nya.

Ada juga pemain anggar kursi roda asal Italia Beatrice Bebe Vio dan atlet lompat jauh asal Jerman Markus Rehm setelah memukau para penonton TV.

Kemudian ada pemain tenis kursi roda asal Jepang Shingo Kunieda yang memukau penonton tuan rumah pada hari kedua sebelum turnamen berakhir. Ia mengklaim salah satu dari medali emas negaranya.

Baca Juga: Aurel Hermansyah Kesal Krisdayanti Bandingkan Kehamilan Dirinya dengan Ibunda: Ya Allah

Tak kalah seru penampilan mengesankan dari tim rugby kursi roda Inggris yang memenangkan emas pertama mereka. Sementara di cabang bulutangkis dan taekwondo membuat debut pertama mereka di Paralimpiade.

Olimpiade menampilkan 163 delegasi berbeda satu angka lebih sedikit dari rekor London 2012, meskipun beberapa tim mengundurkan diri akibat kesulitan saat pandemi.

Aksi hari terakhir dimulai dengan marathon pagi hari, dengan master kursi roda Swiss Marcel Hug yang mempertahankan mahkota T54-nya.

Baca Juga: Lirik Lagu Pun – Iwan Fals dari Album Pun Aku, Dirilis Tepat di Ulang Tahun ke-60

“Saya tidak tahu bagaimana rasanya. Saya hanya lelah dan kosong,” ujar Hug yang meraih emas Paralimpiade ke-6 dalam kariernya. Hug mencatat waktu 1 jam 24 menit 2 detik.

Dalam marathon T54 putri, Madison de Rozario dari Australia bertahan untuk finish di posisi pertama didepan pemain hebat asal Swiss Manuela Schaer. Madison memenangkan emas hanya dengan selisih waktu satu detik.

“Itu adalah 500 meter terpanjang dalam hidup saya,” kata de Rozario kepada wartawan. Dia menyelesaikan dalam rekor 1:38:11.

Penyelenggara sudah menghimbau agar para penduduk setempat untuk tetap di rumah dan menyaksikannya di TV.***

Editor: Imas Solihah

Sumber: CNA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah