Sebelum Era Homo Sapiens, Peperangan Prasejarah Sudah Tercipta di antara Manusia Purba, Ini Analisisnya

- 28 Mei 2021, 14:15 WIB
Ilustrasi, fakta sebelum era Homo Sapiens, peperangan prasejarah sudah tercipta di antara manusia purba, ini analisisnya.
Ilustrasi, fakta sebelum era Homo Sapiens, peperangan prasejarah sudah tercipta di antara manusia purba, ini analisisnya. //Pixabay

PR PANGANDARAN - Kisah peperangan sudah ada sejak masa prasejarah, termasuk manusia purba yang saat itu masih hidup mendiami tepi timur Sungai Nil di Sudan utara sekitar 13.400 tahun yang lalu, seperti yang diungkapkan oleh mayat-mayat babak belur yang dikuburkan di sebuah pemakaman di salah satu situs tertua di dunia.

Namun baru-baru ini, para peneliti melakukan pemeriksaan ulang sisa-sisa dari pemakaman Jebel Sahaba yang digali pada tahun 1960-an memberikan wawasan baru tentang peperangan prasejarah era manusia purba masih hidup ini, termasuk bukti bahwa adanya serangkaian pertemuan dengan kekerasan daripada satu pertempuran mematikan seperti yang diyakini sebelumnya.

Dalam detail pengungkapan peperangan prasejarah itu, ditemukan bukti dari sisa-sisa kerangka manusia purba, terdiri dari 61 pria, wanita dan anak-anak, 41 di antaranya menunjukkan setidaknya satu cedera, terutama dari senjata proyektil termasuk tombak dan panah. Beberapa luka telah sembuh, menandakan orang tersebut selamat dari pertempuran.

Baca Juga: Sentil Kaesang Usai Lihat Klarifikasi Felicia Tissue, Fahri Hamzah Singgung Keseriusan Putra Presiden Jokowi

Bagian mengejutkannya, enam belas dari mereka memiliki luka yang sembuh dan tidak sembuh, menunjukkan bahwa mereka selamat dari satu pertarungan hanya untuk mati dalam pertarungan lainnya. Pemeriksaan mikroskopis mengidentifikasi luka dengan sisa-sisa senjata batu yang tertanam di tulang.

Sebagai informasi, analisis awal tahun 1960-an telah mengidentifikasi hanya 20 orang dengan luka apapun dan tidak ada yang luka sembuh.

Hanya saja, ahli paleoantropologi Isabelle Crevecoeur dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis di Universitas Bordeaux punya pendapat lain, bahwa kekerasan ekstensif dan tidak pandang bulu mempengaruhi pria dan wanita secara setara, dengan anak-anak berusia 4 tahun juga terluka.

"Tampaknya salah satu sifat mematikan yang dicari adalah untuk menebas dan menyebabkan kehilangan darah," kata Crevecoeur yang juga penulis utama studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports., dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Minta Felicia Tissue Lupakan Kaesang, Ferdinand Hutahaean: 3 Tahun Lagi Sudah Bukan Anak Presiden

Sementara tombak dan panah dapat dikirim dari jarak jauh, ada juga bukti pertempuran jarak dekat dengan banyak contoh patah tulang yang membuktikan ada upaya menangkis pukulan ke lengan bawah yang terjadi saat lengan diangkat untuk melindungi kepala.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: REUTERS


Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x