Mengenal Tikus Awan, Fosil Berukuran Raksasa yang Mendiami Bumi Ribuan Tahun Lalu

24 April 2021, 10:15 WIB
Ilustrasi, tikus awan yang menjadi spesies tikus terbesar pada masa purbakala sekitar 60 ribu tahun yang lalu.* /Sky News

PR PANGANDARAN – Tikus merupakan hewan pengerat berbulu yang kerap kali dijumpai di berbagai tempat, hewan ini pun terkenal memiliki ukuran yang kecil.

Namun, siapa sangka di masa lalu, ternyata tikus berukuran raksasa yang berukuran 2 kali dari tupai.

Tikus ini dikenal lewat nama tikus awan yang pernah menjelajahi Bumi ribuan tahun lalu dengan sisa-sisa fosil dari spesies tikus awan raksasa ini dikeruk di serangkaian gua di Filipina.

Baca Juga: Serupa Ditinggal Keluarga Meninggal, Penggemar Trump Sedih hingga Isi Halaman Facebook dengan Curhatan

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Sky News, Larry Heaney, kurator mamalia di Field Museum di Chicago memberikan pernyataannya.

"Yang lebih besar akan terlihat hampir seperti woodchuck dengan ekor tupai,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa tikus awan memakan tanaman.

"Tikus awan memakan tanaman, dan mereka memiliki perut buncit besar yang memungkinkan mereka memfermentasi tanaman yang mereka makan, seperti sapi,” katanya.

Ia juga mengatakan hewan itu sangatlah lucu.

"Mereka memiliki ekor berbulu atau berbulu besar. Mereka sangat lucu," ujarnya.

Baca Juga: Berambisi Bawa 1 Juta Orang ke Mars, Elon Msuk Sebut sebagian Manusia akan Mati Selama Perjalanan

Ia kemudian mempertanyakan bagaimana tikus awan dapat menghilang secara tiba-tiba.

"Hilangnya mereka secara tiba-tiba hanya beberapa ribu tahun yang lalu membuat kami bertanya-tanya apakah mereka cukup besar, sehingga mungkin bermanfaat untuk berburu dan memakannya," katanya.

Para ilmuwan menemukan tiga spesies baru tikus awan raksasa yang berukuran dua kali ukuran tupai abu-abu dan menjelajahi planet ini puluhan ribu tahun yang lalu.

Hewan pengerat modern yang dikenal sebagai cloudrunners adalah tikus nokturnal asli Filipina.

Baca Juga: Tidak ada Penahanan, Mucikari Prostitusi di Tebet Masih Berstatus Anak di Bawah Umur

Mereka hidup di puncak pohon hutan pegunungan dan memenuhi peran ekologis di habitat mereka yang dilakukan tupai di negara lain.

Gua Callao, yang terletak di Penablanca, tempat fosil ditemukan, juga merupakan rumah homo luzonensis, spesies manusia purba yang hidup hampir 70.000 tahun yang lalu.

Beberapa sisa-sisa fosil dari spesies tikus awan ditemukan di lapisan yang sama dengan ditemukannya homo luzonensis, membuat tikus tersebut berusia sekitar 70.000 tahun.

Sisa-sisa lainnya ditemukan berusia sekitar 2.000 tahun, yang sama dengan saat tikus raksasa menghilang.

 

Menurut para peneliti, informasi ini berarti bahwa tikus purba ini ulet dan gigih setidaknya selama 60.000 tahun.

"Catatan kami menunjukkan bahwa hewan pengerat raksasa ini mampu bertahan dari perubahan iklim yang mendalam dari zaman es hingga tropis lembab saat ini yang telah memengaruhi bumi selama puluhan ribu tahun,” kata Philip Piper, dari Australian Nation University.

"Pertanyaannya adalah apa yang mungkin menyebabkan kepunahan terakhir mereka?" sambungnya.

Baca Juga: Nathalie Holscher dan Sule Tetap Bersama, Denny Darko Terawang Keduanya Sulit Lepas

Ia mengatakan bahwa manusialah penyebab kepunahan hewan itu.

"Meskipun kami tidak dapat mengatakan secara pasti berdasarkan informasi kami saat ini, ini menyiratkan bahwa manusia kemungkinan memainkan beberapa peran dalam kepunahan mereka," kata seorang profesor di program studi arkeologi di Universitas Filipina, Armand Mijares.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Sky News

Tags

Terkini

Terpopuler