Data LinkedIn Bocor hingga 92 Persen, Peretas Jual Data Pribadi Pengguna di Dark Web

- 1 Juli 2021, 13:30 WIB
Ilustrasi platform Linkedin
Ilustrasi platform Linkedin /Pixabay

PR PANGANDARAN - LinkedIn melaporkan adanya pelanggaran baru bahwa lebih dari 700 juta data penggunanya bocor.

LinkedIn diketahui memiliki total 756 juta pengguna, dan hampir dari 92 persen penggunanya telah bocor.

Peretas menjual data pengguna LinkedIn dan tersebar di dark web berupa data pribadi pengguna termasuk nomor telepon, alamat fisik, dan lainnya.

Baca Juga: Spoiler 'Kingdom: Ashin of the North': Balaskan Dendam, Ashin Siap Bertempur dengan Tentara Joseon

Sebelumnya, pada bulan April lalu LinkedIn mengkonfirmasi pelanggaran data yang mempengaruhi 500 juta pelanggannya.

Menurut Restore Privacy melaporkan bahwa peretas menggunakan LinkedIn API resmi untuk mengunduh data.

Dalam laporan tersebut mengungkapkan bahwa metode yang digunakan sama dalam pelanggaran serupa pada April.

Baca Juga: Gelombang Panas Mematikan Hantam Kanada, 134 Orang Dikabarkan Meninggal Mendadak

Menurut pihak LinkedIn dalam pernyataan yang dikirim melalui email bahwa pihaknya masih menyelidiki masalah tersebut.

"Sementara kami masih menyelidiki masalah ini, analisis awal kami menunjukkan bahwa kumpulan data tersebut mencakup informasi yang diambil dari LinkedIn serta informasi yang diperoleh dari sumber lain," kata pihak LinkedIn, dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari NDTV pada Kamis, 1 Juni 2021.

Pihaknya juga menjelaskan bahwa ini bukan pelanggaran data LinkedIn dan pihaknya terus berupaya untuk melindungi privasi anggotanya.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta Kamis, 1 Juli 2021: Ricky Bakal Jujur Telah Hamili Elsa, Bagaimana Reaksi Nino?

"Ini bukan pelanggaran data LinkedIn dan penyelidikan kami telah menetapkan bahwa tidak ada data pribadi anggota LinkedIn yang terekspos. Mengambil data dari LinkedIn merupakan pelanggaran terhadap ketentuan layanan kami dan kami terus berupaya untuk memastikan privasi anggota kami terlindungi," lanjutnya.

Restore Privacy pertama kali menemukan cantuman data tersebut di Dark Web, di mana peretas telah memposting kumpulan sampel 1 juta pengguna.

Diketahui sampel data postingan di Dark Web mencakup diantaranya:

Baca Juga: Pemerintah Brasil Korupsi Dana Vaksin Covid-19 hingga Minta Suap Rp15 Ribu per Dosis

1. Alamat email
2. Nama lengkap
3. Nomor telepon
4. Alamat fisik
5. Catatan geolokasi
6. Nama pengguna LinkedIn dan URL profil
7. Gaji yang disimpulkan
8. Pengalaman / latar belakang pribadi dan profesional
9. Jenis kelamin
10. Akun media sosial

Dalam hal ini, kumpulan data tersebut tidak dengan kata sandi, tetapi informasinya masih sangat berharga dan dapat menjadi pencurian identitas atau upaya phishing.

Agar terlindungi data sosial media Anda, sangat penting untuk menggunakan pengaturan keselamatan, keamanan, dan privasi dari aplikasi yang Anda gunakan.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x