Mengenal Anomali Iklim La Nina dan El Nino, Intip Perbedaan Lengkap dengan Dampak 'Bahaya' Bagi Bumi

- 3 November 2020, 15:15 WIB
Ilustrasi fenomena El Nino dan La Nina.
Ilustrasi fenomena El Nino dan La Nina. /express.co.uk

PR PANGANDARAN -  Penghujung tahun biasa ditandai dengan peningkatan curah hujan. Peningkatan curah hujan ini tidak dapat dilepaskan dengan fenomena alam yang disebut dengan La Nina.

La Nina ialah suatu fenomena yang ditandai dengan suhu lebih dingin di kawasan Samudra Pasifik bagian timur dan tengah, sementara di bagian barat menjadi lebih panas yang mampu meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.

Akibat dari La Nina ialah peningkatan curah hujan hingga 40 persen. Dampak La Nina ini perlu diantisipasi karena mampu menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi.

Baca Juga: Beberkan Kondisi saat Terinfeksi Covid-19, Melaney Ricardo Rasakan Mual hingga Punggung Terasa Panas

Beberapa dampak yang perlu diantisipasi adalah bencana seperti banjir, tanah longsor maupun angina kencang.

Fenomena ini diprediksi akan berlangsung hingga 2021, dengan kuantitas bersifat moderat atau skala kekuatan menengah.

“November akan menjadi 38 persen dengan curah hujan yang normal sampai atas normal atau lebih basah,” ungkap Dodo Gunawan selaku Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Antara.

Baca Juga: Jawa Tengah Putuskan Naikkan UMP 2021, Ganjar Pranowo Tuai Dukungan dari Pengusaha

Hal ini telah dapat ditinjau dari tinggi gelombang laut selatan, di Jawa Barat, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Peningkatan tinggi gelombang ini dipengaruhi oleh pola angina di wilayah Indonesia yang umumnya bergerak dari Tenggara ke Barat Daya dengan kecepatan 5-25 knot,” ungkap Teguh Wardoyo, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap

Halaman:

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah