PIKIRAN RAKYAT - Sejak pandemi virus corona mengancam Tiongkok Desember 2019 lalu, pemerintah kewalahan atur siasat perekonomian negara.
Sejumlah perusahaan melaporkan kehancuran ekonomi menimpa banyak industri atau pabrik di Negeri Tirai Bambu ini.
Berdasarkan Indek Harga Produsen (PPI), disebutkan pedagang grois telah mengalami penuruna yang cukup signifikan sehingga memicu kekhawatiran bangkit kembali usai pandemi.
Baca Juga: Update Corona Dunia Rabu, 13 Mei 2020: Nyaris 100 Ribu Kematian di AS dari 292 Ribu Penduduk Tewas
Jatuh sebesar 3,1 persen di bulan April lalu, menjadi bukti peningkatan status kehancuran ekonomi pada Maret 2020 lalu.
Anggota Capital Economics Julian Evans-Pritchard mencatat bahwa penurunan PPI tersebut merupakan penurunan bulanan tertajam sejak Krisis Keuangan Global pada 2007 lalu.
Pandemi ini telah memukul perekonomian dunia dan merupakan penurunan paling parah, banyak bisnis yang tutup dan lonjakan yang besar dalam pengangguran.
Baca Juga: Demi Segera Terbebas dari Penjara, Para Napi AS Ramai-ramai Endus Masker Bekas Penderita Corona
Guncangan ekonomi telah menekan permintaan dari seluruh negara dan menghancurkan momentum ekonomi.
"Penuruna PPI di Tiongkok konsisten dengan bukti yang luas bahwa permintaan masih sangat lemah dan pemulihan lebih lambat daripada output," ujar Julian.
Artikel Rekomendasi