Imbas Pandemi Covid-19, IEA Sebut Pemulihan Permintaan Energi Mundur Dua Tahun

- 16 Oktober 2020, 07:05 WIB
ILUSTRASI pemulihan ekonomi di tengah pandemi.*
ILUSTRASI pemulihan ekonomi di tengah pandemi.* //ANTARA/

PR PANGANDARAN – Dengan skenario utamanya, IEA (red, Agence Internationale de I’energie) menyebut, kehadiran vaksin serta pengobatan akibat Covid-19 dapat memicu pemulihan ekonomi global pada 2021 dan permintaan energi akan pulih 2023.

Namun di bawah skenario keterlambatan pemulihan, target ini menjadi mundur dua tahun.

Kemunduran tersebut sebagai imbas pandemi Covid-19 yang mempengaruhi pemulihan ekonomi menjadi lambat, sehingga mengancam pemulihan terhadap permintaan penuh sumber energi dunia yang baru terjadi pada tahun 2025.

 Baca Juga: Gelar Pernikahan saat Pandemi Covid-19, Nikita Willy Patuhi Prokes dan Hanya Undang Keluarga Inti

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Antara, lembaga internasional yang berkantor di Paris ini memperkirakan permintaan energi secara global akan mengalami penurunan sebesar lima persen pada tahun 2020, emisi karbondioksida terkait energi sebesar tujuh persen, hingga investasi energi mencapai 18 persen.

Ditambah, permintaan minyak dunia diperkirakan turun delapan persen dan penggunaan batu bara turun tujuh persen. Sementara, itu, energi terbarukan justru akan mengalami sedikit peningkatan.

Berkaca dari kondisi tersebut, IEA memprediksi “kemerosatan jangka pendek yang lebih dalam kembali akan mengikis terhadap pertumbuhan ekonomi secara global, ditambah tingkat pengangguran yang semakin tinggi ini akan menghapus sumber daya manusia, kebangkuratan dimana-mana hingga adanya perubahan ekonomi struktural yang artinya mempengaruhi aset fisik dan akhirnya akan menjadi produktif.”

Baca Juga: Mengharukan! Siapkan Kain Kafan untuk Sambut Kematian, Umi Pipik: Ini Loh Pakaian Terakhir Kita

Namun secara keseluruhan, lembaga pengawas energi tersebut mengatakan, saat ini terlalu dini untuk mengambil kesimpulan apakah pandemi akan menjadi pemacu atau penghalang bagi seluruh pemerintahan di dunia, serta para pengusaha industri di bidang energi dengan mengingat adanya upaya yang menjadikan industry supaya menjadi lebih berkelanjutan.

Kepala IEA Fatih Birol memberikan pernyataan bahwa para pembuat kebijakan yang tertinggal di belakang dalam hal sistem energi berkelanjutan mengatakan, “Kita masih jauh untuk mencapai tujuan iklim dengan kebijakan di seluruh dunia saat ini.” 

“Era pertumbuhan permintaan minyak global akan berakhir dalam 10 tahun mendatang, namun dengan ketiadaan perubahan besar dalam kebijakan pemerintah, saya tidak melihat adanya tanda-tanda akhir yang jelas. Pemulihan ekonomi global akan mengembalikan permintaan minyak ke level sebelum krisis,” kata Fatih Birol dalam sebuah wawancara.***

Baca Juga: Belum Final, Anggaran Mobil Dinas untuk Petinggi KPK Diperkirakan Sentuh Angka Rp5,4 Miliar

IEA juga memberi peringatan atas ketidakpastian permintaan energi di masa datang, serta kemerosotan harga minyak pada 2020 dapat berarti bahwa produsen minyak tidak yakin soal keputusan investasi sehingga terjadi ketimpangan antara persediaan dan permintaan.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: ANTARA NTB


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah