PR PANGANDARAN - Saat seseorang merasa sedih, tak jarang ia akan menjadi murung dan merasakan kesepian karena suasana hatinya yang terus memburuk.
Dalam situasi pandemi ini, banyak sekali orang yang justru rentan mengalami kesepian karena tidak bisa bertemu orang-orang dan hanya berdiam di rumah.
Perasaan kesepian ini ternyata bisa mempengaruhi psikologis juga meningkatkan risiko kematian dini.
Ternyata, kesepian dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit kronis hingga berujung pada kematian.
Diberitakan Kabar Besuki dalam artikel 'Hati-hati! Studi Ungkap Kesepian Ternyata Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini', sebuah riset yang dilakukan dalam Perspectives in Psychological Science membuktikan bahwa kesepian bisa meningkatkan risiko kematian.
Risiko kematian tersebut terutama terjadi pada mereka yang berusia dibawah 65 tahun.
Riset tersebut didapatkan setelah para peneliti menganalisis 70 publikasi ilmiah yang melibatkan lebih dari 3 juta orang.
Riset tersebut menyimpulkan, kesepian, isolasi sosial, hingga hidup sendiri menjadi salah satu faktor kematian dini.
Sebuah studi di University College London juga menyebutkan, kesepian dapat meningkatkan risiko stroke sebesar 39 persen dan kematian dini mencapai 50 persen.
Baca Juga: Preview Running Man Episode 557: Lee Kwang Soo dan Jee Seok Jin Diminta Pulang Duluan, Kenapa?
Studi tersebut dilakukan pada 480 warga Inggris yang berusia 40 hingga 69 tahun. Studi ini juga dilakukan selama tujuh tahun.
Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa, kesepian dikaitkan dengan 43 persen lebih tinggi risiko terkena serangan jantung.
Tim peneliti mengatakan bahwa orang yang kesepian memiliki tingkat penyakit yang lebih tinggi.
Salah seorang peneliti, Cristian Hakulien menyimpulkan bahwa, memiliki sedikit kontak sosial merupakan faktor risiko untuk kematian dini terutama di antara mereka dengan penyakit kardiovaskular yang sudah ada.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa orang yang merasa kesepian, tiga kali lebih tinggi menunjukkan gejala kecemasan dan depresi.
Hal ini berlaku pada pria maupun wanita. Para partisipan juga dilaporkan memiliki kualitas hidup yang jauh lebih rendah.***(Diana Amelia/Kabar Besuki)
Artikel Rekomendasi