Badai sitokin bisa disebut juga komplikasi umum yang ada pada penyakit pernapasan seperti SARS dan Covid-19.
Respons berlebihan itu menyebabkan produksi sitokin menjadi berlebihan yang bisa menyebabkan hiperinflamasi yang bisa fatal.
Baca Juga: Eks Mensos Juliari Batubara Tak Dihukum Seumur Hidup, Ini Hukuman dan Dendanya
Protein itu menyerang jaringan sehat, menghabiskan sel darah merah dan sel darah putih, serta merusak hati, bukannya mengamankan penyakit pada tubuh.
Sebagai protein yang dilepaskan sel tubuh (di antaranya adalah sel imun), sitokin berguna mengoordinasikan sinyal dalam merespons infeksi baik oleh virus atau bakteri.
Di antara gejala badai sitokin tersebut yang bisa terjadi adalah panas dingin, batuk, demam, dan nyeri otot.
Baca Juga: Kapten Persib Sebut 5 Tim Ini Lebih Diwaspadai jelang Liga 1, Salah Satunya Persija
Sakit kepala, sakit tenggorokan, mual dan muntah, hilang rasa dan bau, serta mengalami sulit bernapa juga menjadi beberapa gejalanya.
Meski ada faktor risiko yang memungkinkan terjadinya badai sitokin, para ahli menyebut tidak ada cara untuk memprediksinya.
“Virus ini dan infeksi yang ditimbulkannya tampaknya sangat tidak terduga. Kita tahu tentang gejala umum — demam, batuk, sesak napas — tetapi kita melihat semakin banyak gejala atipikal lainnya. Selain itu, kami melihat eskalasi gejala dari penyakit ringan ke berat,” ujar Direktur Medis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di The University of Kansas Health System, Hawkinson.
Artikel Rekomendasi