Jadi Korban Pelecehan Seksual, Pria ini Bagikan Alasan Kenapa Pria Jarang Mengungkap Cerita Mereka

22 Juni 2021, 10:40 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual. /Pixabay

PR PANGANDARAN – Seorang korban pelecehan seksual asal Malaysia, Daniel menceritakan pengalamannya saat dilecehkan.

Ia juga menceritakan bagaimana korban pelecehan seksual pria jauh lebih jarang menceritakan kisah mereka, dibandingkan perempuan.

Pasti masih ada stigma besar dalam kekerasan seksual di antara penyintas laki-laki yang menyebabkan korban takut untuk mengungkapkan cerita mereka.

Baca Juga: Minta Doa pada Ashanty, Anang Hermansyah akan Menjalani Operasi: Doakan ya Sayang!

Budaya maskulinitas beracun telah menyebarkan persepsi bahwa laki-laki seharusnya keras dan sebagai akibatnya, banyak laki-laki korban kekerasan seksual tidak diceritakan kisahnya.

Daniel Haqeem adalah seorang penyintas kekerasan seksual, ia berbagi lewat Twitter pengalaman mengerikan yang terjadi padanya ketika dia berusia 15 tahun.

Dia menceritakan bagaimana pemerkosanya adalah seorang pengganggu dan bahwa dia terlalu takut untuk melawan.

Baca Juga: Kabar Duka, Steven Kaligis Vokaslis Steven and Coconut Treez Meninggal Dunia

Setelah pengalaman traumatis itu, Daniel menceritakan bahwa dia tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada siapa pun.

Bahkan, setelah liburan, pemerkosanya memukulinya sebagai peringatan untuk tidak mengekspos perbuatannya.

“Tiba-tiba, ingatan mulai muncul sekaligus. Terakhir kali saya memikirkannya adalah ketika saya dirawat di Rumah Sakit Bahagia Tanjung Rambutan karena depresi, pada tahun 2016,” katanya.

Baca Juga: Tolak Ikut Olimpiade Tokyo, Tim Demonstrasi Taekwondo Dunia Dapat Golden Buzzer di 'America's Got Talent'

“Di sinilah juga saya datang untuk mencari tahu, bahwa apa yang terjadi malam itu, adalah akar dari apa yang membawa saya ke ruang psikiater hari itu,” ujarnya.

Daniel menyadari bahwa kecemasan yang selalu datang setiap kali dia memikirkan malam itu, sekarang telah hilang dan untuk sekali ini, dia merasa nyaman.

Dia selalu merasa bahwa Twitter adalah ruang amannya karena dia tidak benar-benar mengenal siapa pun di platform, yang membuatnya lebih nyaman untuk terbuka.

Baca Juga: Kediaman Rezky Aditya dan Citra Kirana Dijaga Ketat Usai Pengakuan W Miliki Anak dari Sang Aktor

“Saya menjadi benci terhadap diri saya sendiri. Menjadi sangat buruk sampai-sampai saya menjadi cemas jika saya tahu seseorang marah kepada saya, meskipun saya tidak salah. Aku membenci perasaan itu,” katanya.

Utas Twitter Daniel menjadi viral dan mengumpulkan hampir 9.000 retweet dan suka.

Daniel juga mengatakan akibat peristiwa itu dia selalu menjadi anak yang pemalu dan pendiam, terutama di sekolah dan ini menjadi lebih buruk seiring bertambahnya usia.

Baca Juga: Ikatan Cinta Selasa, 22 Juni 2021: Ibu Maharani Bantu Aldebaran Cari Bukti Elsa Bersalah

Kesehatan mentalnya mencapai titik terendah baru ketika dia dirawat di Rumah Sakit Bahagia karena depresi.

Daniel selalu berpikir bahwa dialah masalahnya, tetapi di rumah sakit itulah dia menyadari bahwa akar masalahnya sebenarnya dimulai pada malam penyerangan itu.

Namun, dengan nada yang lebih positif, Daniel memberi tahu kami bahwa dia jauh lebih baik sekarang dan saat dia menginjak usia 30 Oktober ini, dia benar-benar mulai menikmati hidup.

Baca Juga: Teume Sambut Antusias! Light Stick TREASURE Langsung Sold Out Usai 2 Jam Dirilis

“Saya sangat bangga dengan diri saya sendiri. Dan saya tidak sabar untuk memulai babak baru dalam hidup saya di rumah baru saya. Saya benar-benar bahagia saat ini,” katanya.

Lebih lanjut, Daniel menceritakan bahwa stigma di masyarakat tentang pria yang maskulin membuat penyintas ragu menceritakan kisahnya.

Daniel mengatakan stigma ini muncul karena pemikiran tentang bagaimana seharusnya seorang pria; tangguh, kuat, maskulin baik mental maupun fisik.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Rezky Aditya Kumpul Kebo Selama 2 Tahun, Feni Rose Bocorkan Artis yang Pernah Settingan

Pola pikir ini telah terukir dalam masyarakat kita terutama di kalangan orang Asia dimana menjadi 'pria sejati' sangat penting.

Dengan demikian, pria takut untuk mengungkapkan pengalaman kekerasan seksual mereka.

Dari sudut pandang pribadi, Daniel ingat betapa takutnya dia, terutama menjadi putra tertua di keluarganya.

Baca Juga: PBB: Lebih dari 8.500 Anak-anak Seluruh Dunia Dijadikan Tentara pada 2020, 2.700 Lainnya Tewas

Ia merasa akan mengecewakan orang yang dicintainya, terutama ayahnya.

“Ketika saya berusia 11 tahun, ayah saya mengatakan kepada saya, saya HARUS menjadi contoh yang baik untuk saudara-saudara saya karena saya adalah “abang.”. Saya harus unggul secara akademis dan menjadi orang baik, sehingga saudara-saudara saya dapat memiliki seseorang yang dapat mereka hormati. Singkatnya, untuk tidak pernah melakukan kesalahan,” ungkapnya.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: World Of Buzz

Tags

Terkini

Terpopuler