Jadi Bukti Kanada Lakukan Genosida, 600 Kuburan Tak Bertanda Ditemukan di Lahan Bekas Sekolah

25 Juni 2021, 20:15 WIB
Peringatan di tempat penemuan pertama kuburan tak bertanda di Kamloops, Kanada / Foto: Reuters/ Denis Owen/

PR PANGANDARAN - Cowessess First Nation mengumumkan penemuan ratusan kuburan tak bertanda di lahan bekas Sekolah Perumahan Marieval Indian di Saskatchewan, Kanada.

Kepala Cadmus Delorme dari Cowessess First Nation di Saskatchewan mengatakan mereka telah menemukan sedikitnya 600 kuburan.

“Ini bukan kuburan massal. Ini adalah kuburan yang tidak bertanda,” katanya dalam konferensi pers, Selasa.

Baca Juga: Nasib Rezky Aditya Jika Ketahuan Selingkuh Hamili W di Jejak Digital yang Beredar, Citra Kirana: Selesai

Ketua Bobby Cameron dari Federasi Bangsa-Bangsa India yang Berdaulat mengatakan penemuan itu, ditambah dengan penemuan baru-baru ini dari sisa-sisa 215 anak-anak Pribumi di bekas Sekolah Perumahan India Kamloops di British Colombia.

Hal ini dikatakan menunjukkan genosida yang dilakukan oleh Kanada.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada menetapkan pada tahun 2015 bahwa lebih dari 150.000 anak-anak Pribumi telah dipaksa masuk ke sekolah.

Baca Juga: SF9 Siapkan Teaser Album Baru 'Turn Over' dengan Tampilan Serba Putih

"Kami akan menemukan lebih banyak mayat dan kami tidak akan berhenti sampai kami menemukan semua anak kami.

“Dunia sedang menyaksikan Kanada saat kami menggali temuan genosida. Kami memiliki kamp konsentrasi di sini. Kami memilikinya di sini di Kanada, di Saskatchewan, mereka disebut sekolah perumahan India,” katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan jika saat ini mereka memiliki bukti bahwa Kanada pernah melakukan genosida.

Baca Juga: Musisi Armand Maulana Berduka Atas Meninggalnya Sahabat Ustaz Yusuf Mansur: Innalillahi

Pemakaman di Marieval dikelola oleh Gereja Katolik Roma selama bertahun-tahun.

“Pada tahun 1960, mungkin ada bekas di kuburan ini,” kata Delorme.

“Perwakilan Gereja Katolik memindahkan batu nisan ini dan hari ini mereka menjadi kuburan tanpa tanda,” sambungnya.

Menghapus batu nisan adalah kejahatan di Kanada, dan daerah tersebut diperlakukan sebagai TKP.

Baca Juga: WHO Sebut Orang Paling Rentan Terhadap Covid-19 Membutuhkan Booster Vaksin Tahunan

“Kami tidak bisa memastikan mereka semua anak-anak. Tapi ada cerita lisan bahwa ada orang dewasa di kuburan ini juga,” katanya.

Delorme mengatakan teknologi radar penembus tanah yang digunakan untuk menemukan kuburan memiliki tingkat kesalahan sekitar 10 hingga 15 persen.

“Ada 715 hit, yang berarti setidaknya 600 kuburan,” Delorme menjelaskan.

Baca Juga: Cara Tepat Mengatasi Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia Menurut dr. Reisa Broto Asmoro

Penemuan itu terjadi beberapa minggu setelah sisa-sisa 215 anak ditemukan di bekas Sekolah Perumahan Indian Kamloops.

Perdana Menteri Justin Trudeau menggambarkan penemuan itu sebagai hal yang memilukan.

Penatua Florence Sparver mengenang masa-masanya di sekolah asrama Marieval.

Dia mengatakan para biarawati Katolik kasar dengan anak-anak Pribumi dan melarang mereka menjaga adat istiadat mereka.

Baca Juga: Pasangan Remaja Didakwa Atas Pembunuhan Bayi yang Diduga Konsumsi Kokain

“Kami memiliki cara kami sendiri untuk menghormati diri kami sendiri dan Ibu Pertiwi,” kata Sparver.

Sejarah sekolah berasrama Kanada untuk anak-anak Pribumi telah menjadi berita nasional setelah penemuan Kamloops.

“Mereka akan mulai memukuli Anda dan kehilangan kendali dan melemparkan Anda ke dinding, melemparkan Anda ke lantai, menendang Anda, meninju Anda,” kata Geraldine Bob, seorang yang selamat dari Kamloops Indian Residential School, mengatakan tentang pengalamannya di sana dalam sebuah laporan.

Baca Juga: Tak Pernah Terlibat Perang dengan Iran, Biden Sebut Covid-19 Lebih Banyak Tewaskan Orang Amerika

Kamloops juga dikelola oleh Gereja Katolik.

Paus Fransiskus menyampaikan belasungkawa setelah penemuan jenazah 215 anak,tetapi dia tidak menerima tanggung jawab atas tindakan gerejanya.

“Paus perlu meminta maaf atas apa yang terjadi pada sekolah perumahan Marieval untuk membantu para penyintas dan keturunannya sembuh,” kata Delorme.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler