Aksi Protes George Floyd Meletus saat Ancaman Covid-19, Ahli: Bisa Berujung Ledakan Pasien Positif

4 Juni 2020, 10:08 WIB
PARA demonstran melakukan aksi protes atas kematian pria berkulit hitam George Floyd di Trafalgar Square, London, Inggris pada Minggu, 31 Mei 2020.* /The Guardian/

PR PANGANDARAN - Tim pakar kesehatan masyarakat Amerika Serikat sedang dirundung kekhawatiran berkepanjangan usai melihat fenomena kerusuhan meletus di tengah ancaman Covid-19.

Para demonstran memadati jalan-jalan di seluruh Amerika dengan tujuan mengecam perilaku pembunuhan George Floyd sebagai bentuk rasisme.

Selain itu, para pakar kesehatan juga menyoroti perilaku warga yang seakan-akan tak mengindahkan anjuran WHO untuk mengenakan masker ketika ke luar rumah.

Baca Juga: Jokowi Dikabarkan Terperosok Turun Kelas karena Tiongkok, Dulu VVIP Kini Jadi Ekonomi, Cek Faktanya

Mengingat, angka infeksi Covid-19 di Amerika Serikat telah mencapai lebih dari 1 juta penduduk, per 4 Juni 2020.

Namun, aksi demonstrasi ini justru pecah di wilayah-wilayah AS yang melaporkan kasus infeksi cukup tinggi.

Seperti yang pernah diberitakan Pikiran-rakyat.com dengan judul Amerika Serikat Was-was, Aksi Protes George Floyd Bisa Berujung Transmisi Baru Wabah Virus Corona, pakar kesehatan membenarkan bahwa potensi transmisi Covid-19 akan cukup tinggi dengan adanya aksi tersebut.

Baca Juga: Rahasia Terdalam Tiongkok, dari 10 Juta Warga Tes Covid-19 Selama 2 Minggu, Hanya 300 Orang Positif

"Sebagai sebuah bangsa, kita harus khawatir tentang re-bound," tutur Walikota Washington Muriel Bowser memperingatkan Minggu setelah beberapa hari protes mengguncang ibukota negara.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengeluhkan kerumunan orang, dengan mengatakan bahwa ratusan orang berpotensi terinfeksi virus corona, yang bisa menyebabkan berbulan-bulan jarak sosial di Amerika Serikat.

Wabah baru virus corona di tempat-tempat di mana pengunjuk rasa berkumpul dapat menyebabkan bangkitnya kembali virus corona.

Baca Juga: Gejala yang Timbul Sangat Parah, WHO: Virus Ebola Jauh Lebih Mematikan Dibanding Covid-19

Beberapa kota besar menjadi kekhawatiran dengan banyaknya kasus dan menunjukkan tingkat tertinggi kasus baru per kapita selama 14 hari terakhir.

“Kerusuhan telah bertepatan dengan hari-hari terburuk pandemi sejauh ini di wilayah metropolitan,” kata Michael T. Osterholm, direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota.

Aksi protes dan kerusuhan di Amerika Serikat dimulai pada Selasa 26 Mei 2020 pekan lalu waktu setempat. Protes terjadi hanya selang sehari setelah peristiwa pembunuhan seorang pria berkulit hitam yaitu George Floyd oleh polisi di Minneapolis.

Baca Juga: Bikin Takjub, Strawberry Moon dan Corona Borcealis Berkilau Hiasi Langit Dunia Awal Pekan Juni 2020

George Floyd yang meninggal akhirnya memicu protes yang lebih besar dengan tajuk Black Lives Matter.

Protes yang dilakukan berlangsung di sejumlah kota dalam wilayah Pantai Timur hingga Pantai Barat.

Kerusuhan akibat kematian George Floyd ini menyebar sedikitnya di 40 kota di AS, termasuk Ibu Kota Washington DC, telah menerapkan jam malam dan status darurat, menyusul adanya aksi kekerasan dan kerusuhan yang mewarnai aksi protes tersebut.***(Abdul Muhaemin)

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler