Trump Tuding Ada 'Pencurian Suara' di Pilpres AS, Twitter Labeli 'Konten Menyesatkan' pada Cuitannya

4 November 2020, 18:44 WIB
Ilustrasi Donald Trump tuding Joe Biden curangi Pilpres AS. /RRI/

PR PANGANDARAN - Hari yang menentukan bagi Donald Trump dan Joe Biden juga seluruh masyarakat Amerika Serikat telah dimulai sejak Selasa, 3 November 2020. Warga Amerika melakukan voting dalam pemilihan presiden yang akan memimpin mereka untuk 5 tahun mendatang.

Kedua kandidat calon presiden Amerika Serikat 2020 itu, Trump dan Joe Biden juga harap-harap cemas terkait hasil yang akan terjadi setelah vote. Namun, cuitan Trump lewat akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump pada hari ini menarik banyak perhatian publik.

Cuitannya tersebut dinilai bermasalah oleh Twitter.

"Kami naik BESAR, tetapi mereka mencoba MENCURI Pemilu. Kami tidak akan pernah membiarkan mereka melakukannya. Suara tidak dapat diberikan setelah Polling ditutup!" kata Trump, seperti dilansir Pangandaran.Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitternya @realDonaldTrump pada Rabu, 4 November 2020.

Baca Juga: Donald Trump Unggul di Florida, Joe Biden: Belum Selesai, Kemenangan Mutlak 'Keputusan' Rakyat

Pada cuitan itu, Trump mengatakan bahwa pihaknya unggul dan pihak lawan mencoba untuk mencuri pemilu. Atas hal itu, Twitter menyematkan peringatan bahwa cuitan Trump dinilai sebagai informasi yang menyesatkan.

"Sebagian atau semua konten yang disebarkan dalam Tweet ini diperdebatkan dan mungkin memberikan informasi menyesatkan tentang cara berpartisipasi dalam pemilu atau proses kemasyarakatan lainnya," tulis Twitter.

Sebelumnya, Twitter telah mengeluarkan kebijakan khusus perihal penggunaan aplikasi media sosial tersebut selama masa pemilihan presiden Amerika Serikat.

Baca Juga: Cek Fakta: Pulsa Gratis Rp100 Ribu Dikabarkan Bakal Jadi Program BLT Semasa Pandemi, Ini Faktanya

"Anda tidak boleh menggunakan layanan Twitter untuk tujuan memanipulasi atau mencampuri pemilu atau proses sipil lainnya. Ini termasuk memposting atau membagikan konten yang dapat menekan partisipasi atau menyesatkan orang tentang kapan, di mana, atau bagaimana berpartisipasi dalam proses sipil," tulis Twitter menyoal kebijakan tersebut.

Sedangkan untuk para pengguna yang melakukan pelanggaran terhadap kebijakan tersebut selama proses pemilihan presiden AS berlangsung, makan akan dikenakan dua tindakan oleh Twitter.

"Kami dapat melabeli dan mengurangi visibilitas Tweet yang berisi informasi palsu atau menyesatkan tentang proses sipil untuk memberikan konteks tambahan," ungkap Twitter.

Baca Juga: Libatkan Mobil Pajero hingga Avanza, Begini Kronologi Lengkap Kecelakaan Beruntun di Tol Cawang

Twitter sendiri menjabarkan kebijakan tersebut dalam laman 'pusat bantuan' yang mengidentifikasi beberapa bentuk informasi yang menyesatkan, salah satunya adalah perihal hasil pemilihan sebagai berikut.

"Klaim yang disengketakan yang dapat merusak kepercayaan pada proses itu sendiri, seperti informasi yang tidak diverifikasi tentang kecurangan pemilu, perusakan surat suara, penghitungan suara, atau sertifikasi hasil pemilu; dan

"Klaim menyesatkan tentang hasil atau hasil dari proses sipil yang menyerukan atau dapat menyebabkan gangguan pada pelaksanaan hasil proses, misalnya mengklaim kemenangan sebelum hasil pemilu disertifikasi, menghasut tindakan yang melanggar hukum untuk mencegah implementasi prosedural atau praktis dari hasil pemilu (perhatikan bahwa kebijakan ancaman kekerasan kami mungkin juga relevan untuk ancaman yang tidak tercakup dalam kebijakan ini)," tulis Twitter.

Baca Juga: Mengenal Sistem Electoral College, 'Senjata' Kemenangan Donald Trump Lawan Hillary Clinton 2016 Lalu

Label diduga sebagai informasi menyesatkan yang telah disematkan oleh Twitter pada cuitan Trump tersebut membuat publik tidak dapat melihat langsung cuitan dari lini masa akun Twitter Trump tanpa membukanya. Lebih dari itu, publik juga tak dapat melakukan komentar dan like.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Twitter

Tags

Terkini

Terpopuler