Namai Putrinya ‘Penderitaan’, Ibu Ini Bagikan Kisah Melahirkan saat Diserang Jihadis: Saya Takut

- 12 Desember 2020, 18:48 WIB
Ilustrasi serangan jihadis.*
Ilustrasi serangan jihadis.* /NY Times

PR PANGANDARAN – Aziza Falume seorang wanita asal Mozambik Utara terbangun saat hari masih gelap saat mendengar tembakan yang berasal dari serangan para jihadis.

Dia yang saat itu sedang hamil sembilan bulan membangnkan kelima anaknya untuk melarikan diri, sedangkan suaminya yang seorang nelayan tidak diketahui kabarnya.

“Saya sedang tidur dan bangun sekitar jam 4 pagi karena suara senjata,” ucapnya dan mengaku masih terguncang dengan kejadian mengerikan pada Oktober itu.

Baca Juga: Dituding Lakukan Pelecehan saat Berpacaran, FKA Twigs Ajukan Gugatan Terhadap Aktor Aktor LaBeouf

Falume menjadi satu dari puluhan ribu pengungsi di Pemba, ibu kota provinsi Cabo Delgado, yang selalu mendapat serangan jihadis sejak 2017.

Akibat serangan tersebut sekitar 2.300 orang tewas, tapi untungnya Falume menemukan suaminya di pantai dan keluarga mereka naik perahu kecil menuju ke arah selatan.

“Dalam perjalanan ke Pemba saya mulai merasakan sakit akan melahirkan. Saat itulah kami singgah di Pulau Qiziwe, tempat saya melahirkan, dan setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Pemba,” ujarnya

Baca Juga: Rindu Bertemu Istri dan Anak, Seorang Pria Malaysia Nekat Menyelinap ke Thailand dengan Sampan

Seorang bayi perempuan lahir dan diberi nama Awa yang artinya ‘Penderitaan’ lahir di sebuah rumah kecil di pulau itu.

“Saya masih takut. Saya terus bertanya-tanya kapan mereka (para jihadis) akan mendarat di Pemba dan menyerang, atau apakah ada di antara mereka yang tinggal di antara kami,” ucapnya.

Suami Falume, Adji Wazir, mengenang kembali siksaan selama beberapa jam sebelum bertemu kembali dengan keluarganya.

Baca Juga: Sambut Natal, Donald Trump Tetapkan Hari Libur Federal Lebih Panjang Dibandingkan Obama dan Clinton

Dia sedang memancing dan tidak bisa kembali ke rumah karena serangan para jihadis membuatnya tinggal di kapal.

Para jihadis itu membakar desa tempat tinggalnya sehingga dia dan yang lainnya kehilangan semuanya.

“Saya tidak punya apa-apa lagi, saya hanya punya perahu ini,” katanya sambil menunjuk ke arah perahu.

Meskipun hidup keluarganya serba terbatas, tapi dia mengaku bersyukur dengan tempat tinggal sementaranya itu.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Africa News


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah