Berbulan-bulan Nol Kasus, Negara Ini Kini Hadapi Gelombang Besar Covid-19 Nyaris Tiga Kali Lipat

- 26 Maret 2021, 21:25 WIB
Papua Nugini tengah menghadapi gelombang besar pandemi Covid-19 nyaris tiga kali lipat usai nol kasus berbulan-bulan.
Papua Nugini tengah menghadapi gelombang besar pandemi Covid-19 nyaris tiga kali lipat usai nol kasus berbulan-bulan. /Pixabay/GDJ

PR PANGANDARAN – Papua Nugini kini tengah menghadapi gelombang besar Covid-19 hampir tiga kali lipat selama sebulan terakhir.

Gelombang besar Covid-19 yang tengah dihadapi digambarkan sebagai ‘epidemi besar’ dan kemungkinan dimulai sejak bulan Februari 2021.

Munculnya gelombang baru itu membuat ruang gawat darurat penuh, petugas medis sakit, dan informasi yang salah tentang Covid-19 tersebar luas.

Baca Juga: Bermesraan dengan Arie Kriting Sambil Masak, Netizen Sebut Aura Indah Permatasari 'Tak Fresh' Sejak Menikah

“Kami khawatir semua tempat tidur ini akan penuh dan kemudian kami tidak memiliki tempat lagi untuk terus merawat pasien Covid-19,” kata Mangu Kendino, seorang dokter darurat dan Ketua Komite Covid-19 di Rumah Sakit Umum Port Moresby dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com pada Jumat, 26 Maret 2021.

Setahun setelah pandemi, negara-negara di seluruh dunia memasuki fase baru saat vaksinasi dimulai dan sekolah, restoran, serta kantor mulai kembali dibuka. Akan tetapi, krisis di Papua Nugini masih jauh dari kata berakhir.

Situasi di Papua Nugini persis seperti yang diperingatkan oleh para ahli kesehatan ketika negara-negara kaya membeli persediaan vaksin sementara negara-negara yang lebih kecil dan lebih miskin dibiarkan begitu saja.

Baca Juga: Pedagang di Pasar Sumedang Dikabarkan Pingsan Usai Vaksinasi Covid-19, Dinkes Beberkan Penyebabnya

Setelah terhindar dari wabah parah selama berbulan-bulan, Papua Nugini sekarang mengalami pemandangan yang mengerikan seperti di Italia pada awal pandemi.

Tidak jelas penyebab Papua Nugini baru dilanda wabah parah tapi beberapa ahli berspekulasi bahwa virus mungkin telah beredar secara luas selama ini, tetapi banyak kasus tidak bergejala atau ringan dan tidak terdeteksi.

“Ketika pandemi pertama kali diumumkan oleh WHO dan kami melakukan pembatasan, pemerintah bereaksi cukup cepat,” kata Dr. William Pomat, direktur Institut Penelitian Medis PNG.

Baca Juga: Pernah Jadi Kekasih Aurel, Kini Verrel Bramasta Ditunjuk Atta untuk Jadi Pengiring Pengantin

Namun akhir tahun lalu, dia menambahkan bahwa banyak dari mereka menjadi sangat berpuas diri sehingga banyak hal yang seharusnya diakukan, tidak dilakukan lagi.

“Pusat Covid-19 di Port Moresby sudah penuh, rumah sakit lapangan kami hampir penuh,” ujar Gary Nou, seorang dokter yang membantu memimpin penanganan pandemi Covid-19.

Di salah satu rumah sakit lapangan, menurut Nou, dia dan yang lainnya mengenakan peralatan pelindung lengkap, sering bekerja dalam kondisi lembab karena mereka berjuang untuk menjaga pasien tetap sejuk dan terhidrasi.

Baca Juga: Indadari Temukan 4 'Buhul Sihir' di Rumah, Salah Satu Pengirimnya Ternyata Sudah Meninggal

Di rumah sakit besar terdekat, beberapa bangsal telah diubah untuk menampung pasien Covid-19, tetapi dokter mengatakan mereka tetap khawatir tidak akan cukup tempat tidur nantinya.

Para dokter dan perawat juga harus lebih lama bekerja karena rekan mereka ikut terinfeksi virus. Lebih dari 120 anggota staf sejauh ini dinyatakan positif Covid-19.***

Editor: Mela Puspita

Sumber: The New York Times


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah