Santer Isu Gempa dan Tsunami 20 Meter di Pulau Jawa, BMKG Imbau Masyarakat untuk Tidak Panik

27 September 2020, 21:05 WIB
Daryono, Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) /Montase Jakbarnews.com/

PR PANGANDARAN – Baru-baru ini, netizen dihebohkan dengan beredarnya informasi terkait tsunami di Pulau Jawa. Kabarnya, potensi tsunami setinggi 20 meter akan melanda Jawa Barat dan 12 meter untuk wilayah Jawa Timur.

Hal tersebut sontak membuat masyarakat kian panik.

Dilansir Antaranews, dalam hal ini Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menyampaikan bahwa adanya kesalahpahaman terkait isu tersebut.

Baca Juga: Bukan Tanpa Alasan, Ternyata Ini yang Bikin Masyarakat Khawatir Soal Potensi Tsunami 20 Meter

Daryono pun mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terlalu panik terkait potensi gempa megathrust.

“Kami berharap masyarakat terus meningkatkan literasi, selanjutnya tidak mudah kagetan setiap ada informasi potensi bencana,” ujarnya.

Daryono menyebut bahwa kecemasan dan kepanikan akan terjadinya bencana gempa dan tsunami yang muncul di kalangan masyarakat merupakan kesalahpahaman.

Baca Juga: Warga dan TNI Semakin Menjadi Keluarga di Lokasi TMMD Reguler Brebes

Daryono menjelaskan bahwa terkait potensi gempa berdasarkan pemodelan para ahli sebenarnya ditujukan sebagai acuan mitigasi. 

Namun, dalam hal ini Daryono menyebut warga kurang tepat dalam memahami, sehingga menanggapinya sebagai potensi bencana yang akan terjadi dalam waktu dekat.

“Ini masalah sains komunikasi yang masih terus saja terjadi, karena hingga saat ini masih ada gap atau jurang pemisah antara kalangan para ahli dengan konsep ilmiahnya dan masyarakat yang memiliki latar belakang dan tingkat pengetahuan yang sangat beragam,” ungkapnya.

Baca Juga: Banyak Masalah Ekonomi Terekspos ke Publik, Sri Mulyani: Nagih Utang Beda dengan Mengelola Utang

“Kasus semacam ini tampaknya masih akan terus berulang, dan pastinya harus diperbaiki dan akhiri,” lanjut Daryono.

Daryono menyebut, kepanikan yang saat ini dirasakan masyarakat luas sering berulang terjadi setelah tsunami Aceh melanda pada tahun 2004.

Lebih lanjut Daryono mengatakan bahwa setiap kali para ahli menyampaikan informasi terkait potensi bencana, dan media terkadang tidak utuh dalam menyajikan berita, sehingga menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Gelar Blusukan Online, Gibran Pakai Virtual Box Keliling Kampung Serap Aspirasi Warga

“Masyarakat juga jangan mudah terpancing dengan judul berita dari media yang dengan bombastis memberitakan potensi bencana,” katanya.

Daryono menjelaskan bahwa zona gempa megathrust merupakan sebuah istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Seluruh aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust yang merupakan gempa dengan kekuatan tidak terlalu besar.

Daryono mengatakan hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa digunakan untuk memprediksi kapan dan dimana gempa akan terjadi dan seberapa besar kekuatannya. ***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler