PR PANGANDARAN - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020 di beberapa wilayah di Tanah Air sudah berlangsung.
Perhelatan demokrasi yang digelar pada Rabu 9 Desember 2020 ini, rupanya memberikan arti tersendiri bagi penceramah Ustaz Abdul Somad (UAS).
Hal itu ia ungkapkan di laman Twitter pribadinya @UAS_AbdulSomad, kemarin, Kamis 10 Desember 2020.
Baca Juga: 10 Grup dan Solois K-Pop yang Lagunya Paling Banyak Diputar di Spotify Secara Global, Ada Jagoanmu?
UAS menyebutkan, Pilkada merupakan salah satu sarana untuk mengaplikasikan ceramahnya selama ini.
Ada tiga aspek ceramah yang ia sampaikan, yakni mulai dari pendidikan, ekonomi, dan politik.
"Saat pilkada saya berijtihad, yakni memilih paslon, meminta komitmen, dan mendukung," jelasnya.
Baca Juga: Bill Gates hingga Warren Buffet, Intip Jumlah Kekayaan dan Prediksi Harga Rumah Orang Terkaya Dunia
Apa arti Pilkada bagi UAS?
UAS menjawab:
1. Mengaplikasikan ceramah saya selama ini, bahwa perbaikan pada 3 aspek:
A. Pendidikan
B. Ekonomi
C. Politik
Saat pilkada saya berijtihad:
- memilih paslon
- meminta komitmen
- mendukung pic.twitter.com/JXGyhBytIB— Ustadz Abdul Somad Lc,.MA. F. (@UAS_AbdulSomad) December 10, 2020
Meskipun sudah melakukan tiga langkah tersebut, UAS menyatakan tidak terlalu memikirkan pilihannya menang atau kalah.
"Saya tidak berfikir menang atau kalah. Karena Allah hanya menilai perjuangan, bukan hasilnya," jelasnya.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Diam-diam Tiongkok Terbebas dari Covid-19 Tanpa Vaksin? Simak Kebenarannya
Meski begitu, UAS mengaku merasa sudah menang sebelum pencoblosan. Beberapa alasannya yakni karena ia merasa menang melawan godaan uang, mobil dan jabatan, menang melawan DIAM cari selamat, menang melawan pesan-pesam dari Jakarta "Uas jangan berpihak!"
Bagi dirinya, Pilkada sendiri merupakan ajang ujian hati.
"Kalau tausiyah, orang datang merebut tangan saya untuk bersalaman. Saat pilkada, saya masuk ke pasar, menyalami orang, sambil berpesan: "Jangan lupa ya pak, bu, nanti coblos nomor ... Begini cara sy melawan," lanjutnya.
"Dibully, dihina, dicaci maki di medsos itu menyadarkan diri saya bahwa saya bukan siapa-siapa. Kalau terus dimuliakan, disanjung, lama-lama saya bisa jadi fir'aun," tandasnya.***
Artikel Rekomendasi