Mengapa Orang Batak Suka Bicara Keras dan Bernada Tinggi? Ini Penjelasannya...

- 12 September 2021, 09:10 WIB
Simak alasan orang batak suka bicara keras dan bernada tinggi, Sandiaga Uno datangkan penjelasan langsung kepala desa Simalungung.
Simak alasan orang batak suka bicara keras dan bernada tinggi, Sandiaga Uno datangkan penjelasan langsung kepala desa Simalungung. /YouTube Sandiuno TV
 
PR PANGANDARAN - Jika mendengar suku Batak, apa yang terlintas dalam pikiran anda? Tak heran, jika sebagian orang pasti akan mengingat cara bicara orang Batak yang dikenal bernada keras dan dianggap marah-marah.

Nada bicara yang keras memang sudah menjadi ciri khasnya orang Batak. Oleh karena itu, jangan pernah salah paham dengan orang Batak saat mereka bicara.

Melalui kanal YouTube Sandiuno TV, pada 11 September 2021, Menurut Marsada Simangunsong, salah seorang Kepala Desa di Wilayah Simalungung, masyarakat Batak memang terlihat bicara kasar, namun jauh dari lubuk hatinya, mereka memiliki hati yang baik.

"Kalau memang masyarakat Toba tampaknya kasar, tapi Batak itu pada umumnya tidak ada pendendam," ujarnya.
 
Baca Juga: Venna Melinda Akui Tak Sibuk Cari Jodoh ke Raffi Ahmad dan Nagita: Terlalu Sempit Bagi Seorang Ibu

Dia menjelaskan, Tortor (tarian) merupakan tarian seremonial yang disajikan bersaman dengan penyajian musik gondang (Toba), gonrang (Simalungun), gordang (Mandailing).

"Bersembah dulu sama orang Somba, itu kan gondang Somba gitu kan. Dari Tortor Batak itulah sudah menunjukkan watak orang Batak itu, karakter orang Batak itu, istilahnya nak sopan," kata Marsada Simangunsong.

Pernyataan tersebut seraya dengan seorang Pendeta, Nekson Sitorus yang menjelaskan, bahwa suku Batak dipengaruhi oleh wilayah geografis Sumatera Utara.

"Wilayah geografis tempat kami inilah yang membuat kami berbicara dengan keras-keras, sehingga kami terbawa-bawa sampai ke tempat perantauan," paparnya.
 
 
Nekson menjelaskan, yang membedakan rumah ibadah gereja di wilayahnya menyebut gereja suku.

"Gereja kita namanya gereja suku, Hurio, Kristen, Batak Protestan. Jadi, dalam hal kami menjalankan ibadah, kami juga dipengaruhi oleh budaya kami, budaya Batak," terang dia.

Simangunsong menegaskan, bahwa sebagai budaya orang Batak tidak boleh lepas dari agama, maupun sebaliknya.

"Ada dulu agama orang Batak itu aliran kepercayaan, yang istilahnya yang menyembah nenek moyang," terang dia.

 
Penyembahan nenek moyang, diperjelas Nekson, bahwa orang-orang Batak menghargai adat yang dibuat oleh nenek moyang.

Sementara itu, Sintua Manaor Simanjuntak, yang merupakan seorang petani di wilayahnya, mengatakan, adat istiadat orang Batak bagi hang sudah meninggal akan diberikan penghormatan terakhir.

"Nenek moyang kami atau opung kami, kalau ada yang meninggal sebagai penghormatan terakhir kami, kami bikin gondang," tuturnya.

Namun, tak sedikit orang mengartikan, kata Sintua Manaor, bahwasanya margondang diartikan untuk memanggil setan.

"Tapi bagi kami orang Batak, itu memuji Tuhan, menghormati nenek moyang," terangnya.

 
Pria paruh baya ini mengungkapkan, bagi orang Batak, marga menunjukkan dia berasal dari silsilah keturunan yang mana.

Bagi orang Batak, ini penting karena silsilah adalah identitas orang Batak dalam pergaulan.

"Contoh nanti, kalau orang tua kita itu sudah meninggal, ada riwayat hidupnya dibacakan paparannya anaknya, keluarga dan saudara semua, begitu," ungkap Sintua Manaor.

 
Diketahui, marga adalah nama pertanda bagi seseorang dari mana orang tersebut berasal sehingga orang yang masih satu marga bisa dianggap memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.

Meski orang Batak memiliki marga, tetapi tidak sedikit dari mereka yang tidak tahu mengapa mewarisi marga tersebut dan apa sebenarnya tujuan dari pemberian marga itu.

Batak merupakan suku yang tinggal di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Suku ini tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi Sumatera Utara.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: YouTube Sandiuno TV


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x