Network
PR PANGANDARAN - Yogyakarta menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki banyak tugu, salah satunya adalah Tugu Pal Putih Yogyakarta.
Untuk orang luar daerah Yogyakarta, mungkin mereka masih asing dengan Tugu Pal Putih Yogyakarta.
Tapi tidak ada salahnya kalau kamu juga mengenal Tugu Pal Putih Yogyakarta, dengan begitu saat kamu bertandang ke kota ini, tugu tersebut bisa jadi destinasi wisata kamu.
Baca Juga: Dias Erlangga Asal Yogyakarta Putuskan Bergabung dengan Tim Kiyowo di Bintang Pantura 6
Dikutip dari akun Instagram @transjogja_official oleh PikiranRakyat-Pangandaran.com, sebenarnya tugu tersebut bukan tugu asli Jogja.
Menurut kisah, tugu ini semula bentuknya bukan seperti itu. Bahkan tingginya pun lebih tinggi dari tinggi Tugu Pal Putih Yogyakarta.
Sebelumnya tugu tersebut memiliki nama Tugu Golong Gilig yang dibangun tepat satu tahun setelah Yogya berdiri yakni tahun 1756.
Baca Juga: Viral Harga Kereta Nusantara Bandung-Yogyakarta Rp25 Juta, Intip Fasilitasnya di Sini
Tugu itu dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono 1 dengan ketinggian sekira 25 meter. Kemudian pada 10 Juni 1867, tugu tersebut runtuh akibat gempa bumi.
Keruntuhan tugu tersebut dikenang dalam candra sengkala yang berbunyi Obah Trus Pitung Bumi.
Kemudian pada tahun 1889, tugu tersebut kembali dibangun dengan nama yang baru yakni Tugu Pal Putih Yogyakarta.
Baca Juga: Blitar Jawa Timur Diguncang Gempa, Getaran Dirasakan hingga Kediri dan Yogyakarta
Tugu baru yang dibangun tersebut memiliki tinggi yang berbeda dengan tinggi tugu sebelumnya yakni hanya sekira 15 meter.
Bangunan tersebut tentu memiliki filosofi yang wajib diketahui oleh siapapun khususnya warga Yogyakarta sendiri.
Adapun filosofi yang terkandung pada tiap bangunan Tugu Pal Putih itu antara lain:
Baca Juga: Uang Rp20 Miliar Sengaja Dibagikan untuk Siapa Saja, Pemilik: Bismillah, Saya Tunggu di Yogyakarta!
1. Untiran, artinya pikiran menuju alam nirwana yang tenang, tulus, dan bijak.
2. Prisma Segi Delapan, artinya Hastha brata yakni ajaran delapan sifat kesempurnaan.
3. Panah Vertikal Dipadu dengan Daun Loto, artinya ketajaman manusia untuk membedakan halal dan haram.
4. Bintang Daud (hexagram), artinya arah menuju Tuhan, pusat cahaya kehidupan.
5. Sudut Runcing, artinya titik kesempurnaan kepada Tuhan sebagai puncak tujuan.
6. Deretan Titik, artinya kesinambungan perjalanan kebenaran yang tidak terhenti.
7. Wajikan, artinya makanan yang menggambarkan kesederhanaan masyarakat.
8. Tetesan Air, artinya gambaran masyarakat Jawa yang seperti air, lemah tetapi kuat.
Ternyata ada filosofi yang terkandung dalam bangunan Tugu Pal Putih Yogyakarta yang sangat bagus.***
Artikel Rekomendasi