Meski kini lomba tersebut dilaksanakan sebagai hiburan, tetapi sesungguhnya panjat pinang mempunyai sejarah yang kelam terkait harga diri Bangsa Indonesia di mata penjajah Belanda.
Dulu ketika Indonesia belum merdeka dan masih di bawah kekuasaan kolonial Belanda, panjat pinang diadakan oleh orang Belanda ketika mereka mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan acara lainnya.
Sedangkan peserta lomba ini adalah warga pribumi yang akan berjibaku memanjat sampai ke puncak hanya sekedar menggapai hadiah berupa bahan pokok seperti beras dan pakaian.
Baca Juga: Lirik Lagu KLEBUS - Terbaru dari Denny Caknan 'Nyatane tresno dibales matur nuwun'
Orang Belanda yang menonton akan tertawa terbahak-bahak ketika ada peserta yang terpeleset jatuh.
Artinya, panjat pinang hanya sekedar bahan lelucon, tertawaan serta simbol pemisah harkat martabat Bangsa Indonesia di mata penjajah Belanda.
Maka tak heran jika banyak pihak yang berpendapat agar lomba panjat pinang untuk dihapuskan lantaran menguak masa kelam bangsa ini.
Baca Juga: Lirik KENANGLAH CINTA KITA - Lagu Terbaru dari Judika
Namun tidak sedikit pula yang tidak setuju dengan pendapat tersebut, di mana nilai atau makna dari lomba panjat pinang kini sudah bergeser menjadi sebuah hiburan atau simbol pemicu semangat bagi masyarakat untuk mencapai cita-cita yang luhur dalam kehidupan.
Di Tiongkok, lomba panjat pinang ternyata sudah muncul sejak Dinasti Ming dan sangat populer di daerah Fujian, Guangdong, sampai Taiwan, yang biasa digelar masyarakat Tionghoa dalam perayaan Festival Hantu.
Artikel Rekomendasi