Melimpah Ruah Keanekaragaman Tanah Air, LIPI: Indonesia Bak Perpustakaan Besar Penemuan Obat Baru

- 21 September 2020, 14:09 WIB
Keindahan laut di Gili Ketapang.
Keindahan laut di Gili Ketapang. /instagram.com/giliketapang

PR PANGANDARAN – Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.

Setiap pulau yang ada di Indonesia mempunyai karakteristik serta keunikannya tersendiri. Begitu pula dengan sumber hayati darat maupun laut yang dimiliki.

Semua ini dapat diakibatkan oleh unsur yang terkandung di dalam tanah, tinggi rendahnya kandungan organisme yang dapat mempengaruhi sumber hayati di laut ataupun faktor lainnya.

Baca Juga: Sebut Tsunami Sepanjang 20 Meter Terjadi di Pantai Selatan, Riset ITB Bikin Geger, Ini Penjelasannya

Berada-abad yang lalu, tanaman sudah dimanfaatkan sebagai obat herbal tradisional.

Melimpah ruahnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di Indonesia membuat Indonesia memiliki kesempatan yang begitu besar untuk dapat mengembangkan industri farmasi dalam beberapa tahun akan datang.

Tetapi selain pada tanaman, ada hal lain yang lebih berpotensial untuk lebih dapat dimanfaatkan sebagai penemuan obat baru.

Baca Juga: Positif Covid-19, Kini Fachrul Razi Jalani Isolasi Mandiri, Jam Kerja Pegawai Kemenag Dibatasi

Yaitu di lautan, karena lautan mencakup lebih dari 70 persen dari wilayah Indonesia serta suatu sumber daya yang hampir belum dimanfaatkan keberadaannya.

Lebih dari 100 senyawa laut telah diisolasi dari organisme laut Indonesia, seperti Spons, Soft Coral, Tunicate, dan Alga.

Tak hanya itu, sudah dilaporkan pula di lebih dari 70 publikasi organisme laut seperti Bakteri, Jamur, Mikro dan Makro-alga, Sianobakteri (Cyanobacteria) dan Invertebrata laut yang menghasilkan bahan dengan berbagai aktivitas biologis, misalnya Antikanker, Antibakteri, dan Antivirus.

Baca Juga: Dua Kali! Suara Dentuman Hebohkan Masyarakat Jakarta, BMKG Sebut Itu Aktivitas Petir

“Indonesia merupakan perpustakaan besar untuk penemuan obat baru karena mempunyai kekayaan serta keanekaragaman hayati yang melimpah”, ujar Masteria Yunovilsa Putra selaku Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Dalam seminar internasionalnya yang dilakukan secara daring tentang Biodiversitas Indonesia dengan tajuk “Mainstreaming Biodiversity Conservation, Bioprospection, and Bioeconomy for Sustainable Livelihood” di Jakarta pada Rabu 16 September 2020, dia mengatakan, keanekaragaman hayati tumbuhan dan organisme laut Indonesia seperti perpustakaan besar untuk penemuan obat baru”, dikutip dari laman resmi berita Antara. 

Baca Juga: Viral Pelecehan Seksual Dokter Rapid Test di Bandara Soetta, Korban Belum Laporan 'Sibuk Bekerja'

Pada 2020, dari sebuah studi baru mengatakan bahwa “Median Cost” untuk memasukkan obat baru ke pasar adalah 985 juta dllar AS dan biaya rata-rata adalah 1,3 miliar Dolar AS.

Dari sekian banyak calon obat, ada satu obat yang akan dipasarkan.

Obat tersebut harus melalui lima tahapan yakni penemuan dan skrining (skrining menyeluruh dan validasi target), pengoptimalan (desain obat berbasis kimia/struktur), AMDET (adsorpsi, distribusi, metrik, ekskresi, studi toksisitas), uji klinis (uji klinis tahap 1, 2 dan 3), persetujuan dan perizinan sebagai obat baru.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Antara


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah