Putra Jend. Ahmad Yani Bongkar Soal Penembakan Tentara Cakrabirawa: Kasar! Ditembak Bukan Sekali

- 30 September 2020, 13:00 WIB
Jenderal Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani /Pinterest

PR PANGANDARAN – G30S/PKI atau Gestapu (Gerakan September Tiga puluh) atau Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah suatu peristiwa yang terjadi pada selewat malam 30 September hingga awal bulan 1 Oktober 1965.

Pada hari itu terjadi pembunuhan pada tujuh perwira militer Indonesia yang dilakukan secara sadis dan jasadnya dibuang ke Lubang Buaya.

Dikutip dari berbagai sumber, anak dari Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani menceritakan kisah tragis penembakan yang terjadi di depan matanya sendiri.

Baca Juga: Dipanggil Maria Eleanor, Lidya Pratiwi Artis yang Terjerat Kasus Pembunuhan sang Pacar Pindah Agama?

Saat itu Irawan Sura Eddy A. Yani, terbangun dari tidurnya lalu mencari Ibunya karena sejak pukul 10 malam sudah pergi ke rumah dinas di Taman Suropati.

Eddy berjalan ke ruangan depan ditemani oleh Mboknya dan melihat banyak tentara Cakrabirawa di sana.

Awalnya Eddy berpikir jika keberadaan tentara Cakrabirawa tersebut karena ada pergantian penjagaan. Akan tetapi, tidak lama kemudian para tentara masuk dan bertanya apakah Jend. Ahmad Yani ada atau tidak di rumah karena dipanggil untuk menghadap presiden.

Baca Juga: Didesak Segera 'Halalkan' Nathalie Holscher Usai Jadi Mualaf, Sule: Aku Mah Mau, Cuman Dianya Engga

Eddy lalu masuk ke kamar Bapaknya dan membangunkan Jend. Ahmad Yani yang masih tertidur dengan memegang kakinya.

“Pak di luar ada Cakrabirawa, mau bertemu sama Bapak karena katanya Bapak dipanggil presiden ke istana sekarang,” ujar Eddy mengulang ucapannya dulu.

Lalu Jend. Ahmad Yani menjawab dalam bahasa Jawa dan berjalan mendahului Eddy untuk bertemu dengan tentara Cakrabirawa di ruang belakang dekat paviliun.

Baca Juga: Didesak Segera 'Halalkan' Nathalie Holscher Usai Jadi Mualaf, Sule: Aku Mah Mau, Cuman Dianya Engga

Untung Mufreni A. Yani, yang juga merupakan anak Jend. Ahmad Yani dan berada di tempat kejadian melanjutkan kisah pembunuhan Bapaknya itu.

Dia berdiri di sana dan mendengar tentara Cakrabirawa berucap sangat kasar kepada Jend. Ahmad Yani jika dirinya dipanggil oleh presiden dan harus menghadap sekarang.

Jend. Ahmad Yani pada saat itu hanya memakai piyama sehingga tidak mungkin menghadap presiden dengan memakai pakaian seperti itu sehingga akhirnya terjadi pertengkaran.

Baca Juga: Kenang Tewasnya sang Ayah dalam G30S PKI, Riri: Teriakan 'Jenderal Keluar', Ayah Suruh Ibu Jaga Kami

Karena marah, Jend. Ahmad Yani memukul salah satu prajurit Cakrabirawa. Setelah prajurit itu terjatuh, Jend. Ahmad Yani mengambil senjata tersebut dan memberikannya lagi ke prajurit yang dia pukul tadi.

Dia mengatakan setelah itu Jend. Ahmad Yani lalu masuk dan menutup pintu kaca tapi tidak lama kemudian terdengar suara tembakan yang menggelegar, bukan hanya sekali tapi secara beruntun.

Melihat Bapaknya ditembak, Untung mencoba memeluk Jend. Ahmad Yani tapi tidak diperbolehkan sehingga dirinya masuk ke dalam kamar dan melihat kakak-kakaknya sudah bangun.

Baca Juga: Surat Ryeowook Super Junior Soal Isu Jalinan Asmara dengan Ari Eks TAHITI, Singgung 'Sakit Hati' ELF

Untung melanjutkan, dia beserta kakak-kakaknya mengikuti Jend. Ahmad Yani dari belakang yang diseret keluar.

Namun, mereka hanya bisa mengikuti sampai pintu belakang rumah karena di sana sudah berdiri 1 orang tentara Cakrabirawa sedang menodongkan senjata dan mengancam akan menembak jika ada yang keluar.

Karena tidak bisa melakukan apapun, Untung mengaku jika dia dan Kakaknya hanya bisa menangis di ruang belakang.

Baca Juga: Polemik Film 'Pengkhianatan G30S PKI', Mahfud MD: Saya Selalu Nonton, Pemerintah Tidak Melarang!

Pada kesempatan yang sama, Untung tidak hanya menceritakan penembakan yang terjadi pada Jend. Ahmad Yani tapi juga mengungkapkan pendapatnya tentang orang-orang yang menganggap film G30S/PKI adalah fiksi.

Dia menjelaskan jika ingin melihat atau tidak film tersebut, itu kembali lagi kepada masing-masing, hanya dia berharap dengan adanya film mengenai G30S/PKI tragedi berdarah tersebut tidak akan terulang lagi.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x