UNICEF: Sekolah-sekolah Harus Dibuka Kembali Sesegera Mungkin

- 17 September 2021, 21:15 WIB
Ilustrasi. UNICEF menyerukan agar sekolah-sekolah segera dibuka kembali di negara yang sebelumnya membatasi sekolah akibat pandemi Covid 19.
Ilustrasi. UNICEF menyerukan agar sekolah-sekolah segera dibuka kembali di negara yang sebelumnya membatasi sekolah akibat pandemi Covid 19. /Instagram @unicef

PR PANGANDARAN - Badan PBB tentang Dana Darurat Anak (UNICEF) telah mendesak otoritas pendidikan untuk membuka kembali sekolah sesegera mungkin.

Sekolah yang dimaksud UNICEF adalah yang terletak di negara-negara tempat jutaan siswa masih tidak diizinkan untuk kembali bersekolah, setelah 18 bulan selama pandemi Covid 19.

Sekolah di sekira 17 negara masih ditutup sepenuhnya, sementara sekolah di 39 negara masih ditutup sebagian, demikian menurut laporan yang dirilis oleh UNICEF pada Kamis 16 September 2021.

Baca Juga: UNICEF Serukan Sekolah Dibuka Kembali di Negara yang Terdampak Covid-19: Ini adalah Krisis...

Dikutip Pikiran-Rakyat-Pangandaran.com dari Channel News Asia, di antara sekolah yang hampir sepenuhnya ditutup adalah sekolah biasanya dihadiri oleh hampir 77 juta siswa di Filipina, Bangladesh, Venezuela, Panama, Arab Saudi, dan Kuwait.

Hampir sepertiga dari angka ini ada di Filipina yang memerangi salah satu wabah Covid 19 terburuk di Asia dan saat tahun ajaran baru dimulai minggu ini.

Murid dari enam negara mewakili lebih dari setengah dari total 131 juta siswa di seluruh dunia yang melewatkan lebih dari tiga perempat pembelajaran langsung mereka, demikian kata UNICEF.

Baca Juga: WHO dan UNICEF Menuntut agar Sekolah di Eropa Tetap Buka dan Dibuat Lebih Aman dari Covid-19

“Krisis pendidikan masih ada di sini dan setiap hari ruang kelas tetap gelap, kehancuran semakin parah,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore.

Menurut laporan itu, guru diprioritaskan untuk vaksin Covid 19 setelah petugas kesehatan dan karena mereka yang paling berisiko sekaligus untuk melindungi mereka dari penularan masyarkat.

Siswa mungkin lebih aman di rumah, tetapi ketersediaan komputer, ponsel, internet, serta kualitas pendidikan yang tidak merata adalah salah satu tantangan yang terus mereka hadapi.

Baca Juga: Cegah 10 Ribu Kematian Anak hingga Beroleh Vaksin Sepertiga Harga Pasar, Kemenkes RI Gandeng UNICEF

Di Filipina, beberapa anak dipaksa naik ke atap rumah hanya untuk mendapatkan sinyal internet.

Pada bulan Juni, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak usulan untuk mengizinkan kelas tatap muka dilanjutkan di beberapa daerah.

“Saya tidak bisa bertaruh pada kesehatan anak-anak,” kata Duterte.

Baca Juga: Ahli Bank Dunia soal Pendidikan di Indonesia: Ada Krisis Besar Akibat Pandemi

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada bulan April, Bank Pembangunan Asia memperkirakan penutupan sekolah yang berlangsung lebih dari satu tahun dapat memangkas pendapatan di masa depan, di antara para siswa di kawasan itu sebanyak US$1,25 triliun (sekira Rp17.818.187 triliun) atau setara dengan 5,4 persen dari PDB pada tahun 2020.

UNICEF dan mitranya akan menutup saluran digital mereka selama 18 jam pada hari Kamis untuk menarik perhatian pada krisis dan 18 bulan sistem pembelajaran yang hilang.

“Ini adalah krisis yang tidak boleh dunia abaikan, saluran kami diam tetapi pesan kami keras. Setiap komunitas di manapun harus membuka sekolah sesegera mungkin,” kata Fore dari UNICEF.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x