Prediksi Tsunami Setinggi Gedung 8 Lantai atau Ombak Monster di Samudra Selatan Ancam Indonesia?

- 14 Juni 2020, 08:22 WIB
ILUSTRASI ombak di Samudra Selatan.*
ILUSTRASI ombak di Samudra Selatan.* /Pixabay/EliasSCH/

PR PANGANDARAN - Terkait studi yang mengklaim bahwa gelombang monster setinggi gedung 8 lantai akan terjadi di lautan Samudra Selatan telah dibenarkan para ilmuwan.

Akibat perubahan iklim, para ilmuwan mengatakan gelombang monster itu mungkin akan terjadi jauh lebih besar dari yang diperkirakan.

Dalam waktu tiga dekade terkahir, menurut studi yang dilansir The University of Melbourne, menemukan gelombang ekstrem di lautan tumbuh sebesar 30 sentimeter.

Baca Juga: Ombak Monster Setinggi Gedung 8 Lantai Akan Terjadi di Lautan Samudra, Level Menderu hingga Menjerit

Di wilayah tersebut telah tumbuh lebih deras dan bahkan lebih deras dengan angin ekstrem yang menguat 1,5 meter per detik.

Saat ini, studi baru telah menemukan bahwa planet yang menghangatkan akan menyebabkan angin badai yang lebih kuat dan memicu gelombang ekstrem yang lebih besar dan jauh lebih sering selama 80 tahun ke depan, dengan peningkatan terbesar ditunjukkan di Samudra Selatan.

Para peneliti di University of Melbourne menyimulasikan perubahan iklim Bumi di bawah kondisi angin yang berbeda, akan menciptakan ribuan badai simulasi untuk mengevaluasi besarnya dan frekuensi kejadian yang lebih ekstrem.

Baca Juga: Merek 'Bensu' Bisa Jadi Milik Ruben Onsu Sepenuhnya, PT I Am Geprek Benny Sujono Beri 2 Penawaran

Studi ini juga menemukan bahwa jika emisi global tidak dibatasi, maka akan ada peningkatan hingga 10 persen dalam frekuensi dan besarnya gelombang ekstrem di wilayah lautan luas.

Artikel ini pernah tayang di PikiranRakyat-Bekasi.com dengan judul Ilmuwan Sebut Akan Ada Tsunami Besar di Samudra Selatan Setinggi Bangunan 8 Lantai, Ancam Indonesia?

Sebaliknya, para peneliti pun menemukan akan ada peningkatan yang jauh lebih rendah dengan langkah-langkah efektif yang harus diambil untuk mengurangi emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Baca Juga: Lagu 'Lathi' Dituding Kental Unsur Mistis dan Ritual Panggil Setan, Eka Gustiwana: Seni Tidak Mutlak

Dalam kedua skenario tersbeut, peningkatan terbesar dalam besarnya dan frekuensi gelombang ekstrem adalah di Samudra Selatan.

Para peneliti menemukan besarnya peristiwa tinggi gelombang signifikan satu dalam 100 tahun meningkat lima hingga 15 persen di atas laut pada abad ini, dibandingkan dengan periode 1979 hingg 2005.

Sementara itu di Atlantik Utara, menunjukkan penurunan lima hingga 15 persen dari rendah ke menengah, tetapi peningkatan pada garis lintang tinggi sekitar 10 persen.

Baca Juga: Tangisan Nikita Mirzani Pecah di Pelukan Nagita Slavina, Niki: Aku Iri sama Hubungan Raffi-Gigi

Ketinggian gelombang signifikan yang ekstrem di Pasifik Utara meningkat pada garis lintang tinggi sebesar lima hingga 10 persen.

Salah satu penulis penelitian tersebut, yakni Profesor Ian Young memperingatkan bahwa lebih banyak badai dan gelombang ekstrem akan mengakibatkan naiknya permukaan laut dan menyebabkan kerusakan infrastruktur.

"Sekitar 290 juta orang di seluruh dunia sudah tinggal di mana ada kemungkinan satu persen banjir setiap tahunnya.

Baca Juga: Tangisan Nikita Mirzani Pecah di Pelukan Nagita Slavina, Niki: Aku Iri sama Hubungan Raffi-Gigi

"Peningkatan risiko kejadian gelombang ekstrem dapat menjadi bencana besar, karena badai yang lebih besar dan lebih sering akan menyebabkan lebih banyak banjir dan erosi garis pantai," ucap dia.

Sementara peneliti utama Alberto Meucci mengatakan, studi yang dilakukannya menujukkan bahwa wilayah Samudra Selatan secara signifikan lebih rentan terhadap peningkatan gelombang ekstrem dengan dampak potensial terhadap wilayah Australia dan sekitarnya.

"Hasil yang kami saksikan menunjukkan kasus kuat lain untuk pengurangan emisi melalui transisi ke energi bersih jika kami ingin mengurangi tingkat kerusakan garis pantai global," kata Alberto Meucci.

Baca Juga: Ironis, 8 Calon Perwira Polisi di Yogyakarta Dinyatakan Positif Covid-19

Penelitian ini dilakukan ketika para ilmuwan Selandia Baru telah mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang ekstremnya Samudra Selatan dengan pelampung gelombang yang digunakan oleh konsultan berbasis sains, MetOcean Solutions.

Dampak ancaman gelombang tersebut terhadap Australia dan Selandia Baru, memungkinkan adanya potensi ke daerah lain di sekitarnya seperti Iindonesia. Namun belum ada penelitian lebih lanjut tentang bahaya kenaikan gelombang besar ini.***(Ramadhan Dwi Waluya/PR Bekasi)

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah