Viral Superkomputer Jepang, Menunjukkan Kecepatan 'Semburan' Covid-19 di Restoran dari Tempat Duduk

- 26 Oktober 2020, 12:09 WIB
Tangkapan layar video YouTube simulasi Superkomputer Jepang
Tangkapan layar video YouTube simulasi Superkomputer Jepang /

PR PANGANDARAN – Pada awal bulan ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan bahwa virus Covid-19 dapat bertahan di udara selama beberapa menit hingga berjam-jam dan bisa menular di antara orang yang berjarak lebih dari enam kaki.

Jepang membuat simulasi dari superkomputer Fugaku yang menunjukkan jika posisi tempat duduk di meja makan dapat mempengaruhi seberapa cepat penularan virus corona.

Simulasi menunjukkan penularan melalui droplet saat empat orang yang sedang duduk di meja berbicara tanpa menggunakan masker.

Baca Juga: Kisah 11 Grup K-Pop Tertua di Korsel, Roo'ra Kontroversi Lagu hingga Member Deux Tewas di Hotel

Berdasarkan simulasi Fugaku yang dikutip dari Forbes oleh PikiranRakyat-Pangandaran.com, saat orang yang terinfeksi virus lalu berbicara kepada teman yang duduk di seberang meja, droplet yang dihembuskan empat kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang duduk secara diagonal dari yang terinfeksi.

Sementara orang yang duduk di samping orang yang terinfeksi adalah yang paling berisiko.

Saat orang yang terinfeksi menoleh ke samping untuk berbicara dengan teman di sebelahnya, orang tersebut terpapar lebih dari lima kali jumlah droplet yang dihembuskan daripada orang yang berada tepat di seberang meja dari pembicara.

Baca Juga: Di Garut, Kasus Positif Covid-19 Bertambah 111 Orang dalam Sehari, Kini Total Mencapai 575 Orang

Penelitian tersebut juga menyuruh pengunjung untuk tetap memakai masker saat berbicara sebelum makanan tiba dan setelah selesai makan.

“Ketika orang terinfeksi Covid-19 lalu batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, atau bernapas, mereka menghasilkan droplet,” ujar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

“Droplet ini dapat bervariasi ukurannya dari yang besar hingga yang lebih kecil. Droplet kecil juga dapat membentuk partikel saat mengering dengan sangat cepat di udara,” lanjutnya.

Baca Juga: Buntut Kontoversi hingga Terkuaknya Sifat Asli, Foto Irene Red Velvet Dicabut Brand Kosmetik Korea

Penelitian yang dilakukan di Jepang tersebut juga mengatakan bahwa tingkat kelembapan dapat mempengaruhi seberapa mudah droplet ditularkan.

Para ilmuwan menemukan bahwa droplet akan lebih rendah untuk menyebar saat kelembapan lebih tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan humidifier atau alat pelembap udara di dalam ruangan dapat membantu membatasi penularan virus jika jendela tidak ada untuk ventilasi.

Pakar penyakit menular terkemuka di Jepang Dr. Anthony Fauci, menyatakan keprihatinannya dengan makan dalam ruangan yang kering dan panas selama bulan musim dingin.

Baca Juga: Istri Kim Jong Un Menghilang 9 Bulan, Rumor Beredar Dibunuh Secara Keji hingga Sengaja Disembunyikan

“Orang-orang akan menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, dan itu tidak baik untuk menghalau virus yang ditularkan melalui pernapasan,” ujarnya.

Berkenaan dengan hal tersebut, para pemimpin Kota New York dan Chicago serta kota-kota lain membuat inisiatif untuk makan malam di luar ruangan sepanjang musim dingin yang akan datang.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Forbes


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x