Psikolog: Jangan Bilang Dosa Sama Orang yang Ingin Bunuh Diri! Sikap Ini yang Harus Ditunjukkan

- 18 April 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi bunuh diri. Jangan Bilang Dosa Sama Orang yang Ingin Bunuh Diri! Sikap Ini yang Harus Ditunjukkan/ANTARA
Ilustrasi bunuh diri. Jangan Bilang Dosa Sama Orang yang Ingin Bunuh Diri! Sikap Ini yang Harus Ditunjukkan/ANTARA /


PANGANDARAN TALK - Psikolog Rininda Mutia dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia menekankan setiap orang untuk berhati-hati dalam merespon orang yang punya keinginan untuk bunuh diri.

Setiap orang harus menunjukkan sikap tenang dan tidak menunjukkan sikap menghakimi, itu yang harus dijaga dalam merespons orang terdekat yang punya keinginan untuk menakhiri hidup.

Jangan pula menunjukkan sikap yang panik terhadap orang yang punya masalah dengan psikis atau kejiwaannya tersebut.

Baca Juga: PSIKOTES: Lagi Menghadapi Dilema? Pilih Gambar Ini untuk Memastikan

"Kita pastikan diri kita tenang dulu sebelum kita memberikan respons apa pun kepada orang tersebut, jangan panik karena dikhawatirkan keluar sesuatu yang menghakimi," kata Rininda, dikutip Pangandaran Talk dari Antara, Minggu (17/4/2022).

Respon menghakimi terhadap orang yang hendak bunuh diri akan berdampak pada sikap menutup diri dan enggan untuk bercerita bagi orang bersangkutan, sehingga sulit untuk membantunya.

"Yang menghakimi itu seperti apa? 'Kenapa kamu mau bunuh diri? Itu kan dosa.' Wah, itu sudah pasti dia enggak akan cerita," kata psikolog dari Universitas Atma Jaya ini.

Mulailah merespon dengan menanyakan kabar yang bersangkutan, tanyakan kabarnya secara umum juga apa yang dia rasakan.

Baca Juga: TES KEPRIBADIAN: Cara Mengetahui Sifat Wanita, Lihat Panjang Rambutnya

Dia tidak menyarankan untuk blak-blakan bertanya soal keinginan untuk merenggut nyawa sendiri, melainkan perlahan membuat mereka mau mengungkapkan perasaannya.

"Ketika dia udah lumayan banyak cerita, baru kita singgung hal tersebut. 'Saya lihat di sosial media kamu, kamu upload hal seperti ini, apa yang kamu rasakan?' baru mengarah ke sana," ia mencontohkan.

Setelah itu, kita bisa menanyakan tentang bantuan seperti apa yang diharapkan oleh yang bersangkutan. Sikap ini penting untuk ditanyakan agar mereka merasa nyaman dengan kehadiran kita.

Baca Juga: TES KEPRIBADIAN: Yin Yang Pilihan Anda akan Ungkap Bakat Unik yang Selama Ini Tidak Disadari

Namun kita juga harus ekstra sabar sebelum menawarkan bantuan. Biarkan orang bersangkutan untuk mengutarakan isi pikiran, perasaan dan harapannya.

"Jangan kita langsung ‘menyerang’ dia dengan berbagai bantuan. Walaupun niatnya bagus, belum tentu itu yang dia harapkan," jelas dia.

Rininda mengatakan, ketika seseorang muncul pikiran untuk bunuh diri, sejatinya dia ingin berinteraksi dengan orang lain.

Umumnya, pikiran tersebut muncul ketika seseorang sedang sendirian, tidak ada kegiatan dan sedang merasa kosong.

Jika orang terdekat kita terlihat sedang kesepian, berilah bantuan dengan menemaninya.

Sebab, mungkin saja pikiran ingin bunuh diri itu muncul karena seseorang sedang merasa masalah berat yang dirasa tidak sanggup ditanggungnya, yang akhirnya rasa sakit itu ingin dihilangkan melalui bunuh diri.

Baca Juga: TES IQ: Banyak yang Zonk dengan Jawabannya, Kamu Berani Hitung?

Kehadiran seorang teman yang peduli dan bisa membantu mengurangi beban lewat dukungan penting dalam mengikis keinginan untuk bunuh diri.

Ketika tahu dirinya tidak sendirian dan ada yang bersedia untuk membantu, seseorang akan merasa bisa melangkah maju meski ditimpa masalah.

Namun, berikanlah bantuan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan orang tersebut.

"Jangan tabu membicarakan bunuh diri dan juga jangan menghakimi, itu sih yang penting."

Hindari ucapan berbau motivasi yang justru membuat kita memikirkan orang lain, bukan memikirkan perasaan orang tersebut.

Ucapan seperti itu malah membuat dia merasa tidak ada yang memahami perasaannya.

"Bunuh diri itu tentang dirinya ya, kalau kita ngomong 'coba kamu lihat pasangan kamu, orangtua kamu, anak kamu dan sebagainya, malah seperti kita tidak sedang memikirkan dia dan dia merasa yang diperhatikan adalah orang lain."

Kita harus fokus terhadap orang yang bersangkutan, tentang apa yang dia rasa, pikir dan dia harapkan.***

Editor: Fikri Mahendra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x