PR PANGANDARAN - Untuk kalian yang sedang merasakan getaran yang tidak biasa dalam diri, percayalah itu salah satu anuegerah terindah yang diberikan tuhan bernama cinta.
Namun dibagian organ mana letak sesuatu yang dinamakn cinta itu? Jawabannya adalah hati
Setiap insan manusia diberikan rasa cinta oleh tuhan, berbicara tentang manusia, ada segelintir orang yang diciptakan tuhan dengan tangan indah dia menuliskan kata-kata yang tidak biasa.
Baca Juga: KPK Geledah Pendopo Wali Kota dan Dinas PUPR Banjar Terkait Dugaan Korupsi Sejak 2012
Kata-kata tersebut menjelma menjadi tulisan indah dan bisa membuat setiap orang yang membacanya merasa haru.
Tulisan tersebut terdiri dari larik dan bait yang akhirnya kita sebut Puisi.
PikiranRakyat-Pangandaran.com Mengutip dari beberapa buku Antologi Puisi, penulis menghimpun ada 3 puisi pilihan yang ditulis oleh tangan-tangan indah penyair legendaris Indonesia, mulai dari Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar dan W.S Rendra
Baca Juga: WHO Ungkap Fakta Sebenarnya dari 9 Mitos yang Dianggap Dapat Mencegah Virus Corona
1. Puisi Aku Ingin Karya: Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu..
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada
Baca Juga: Bocah SMP Alami Stroke Otak hingga Lumpuh Setelah Menghabiskan Waktu Sehari 22 Jam untuk Main Game
2. Puisi Aku Karya: Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Baca Juga: Papa T Bob Tutup Usia, Berikut Deretan Lagu Ciptaanya dari Mulai Bolo-Bolo Sampai di Obok-Obok
3. Puisi Surat Cinta, Karya: W.S Rendra
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya.***
Artikel Rekomendasi