Mengapa Langit Berwarna Biru? Ternyata Lapisan Ini yang Membuat Langit Berwarna

6 Februari 2022, 07:00 WIB
Ilustrasi langit /

PANGANDARAN TALK - Cahaya Matahari merupakan salah satu sumber cahaya di dunia.

Bisa dibayangkan bagaimana gelapnya dunia tanpa cahaya matahari?

Selain sebagai sumber cahaya, matahari juga menjadi sumber vitamin D yang sangat bermanfaat bagi tubuh.

Tumbuhan juga membutuhkan cahaya matahari berfotosintesis.

Namun, tidak semua cahaya matahari yang pada dasarnya memiliki berbagai warna dapat masuk planet bumi.

Hal tersebut dikarenakan, cahaya matahari akan tersaring oleh lapisan atmosfir bumi.

Fungsi lapisan atmosfir sendiri merupakan lapisan pelindung planet bumi dari hantaman benda-benda asing dari luar angkasa dan sebagai peyaring sinar berbahaya yang berasal dari matahari.

Baca Juga: Ibadah Menyembelih Kambing Ternyata Bukan Hanya Saat Idul Adha, Kata Habib Umar bin Hafidz

Pada lapisan atmosfir inilah warna langit dihasilkan.

Hal tersebut dikarenakan Cahaya Matahari memiliki beberapa warna dengan panjang gelombang berbeda seperti warna pelangi.

Dilansir pangandaranTalk.com dalam kanal youtube the shiny peanuts yang dipublikasikan pada tanggal 15 Februari 2021.

Cahaya matahari yang masuk ke planet bumi melalui lapisan atmosfir, dimana pada lapisan atmosfir tersebut cahaya akan bertabrakan dengan molekul di udara sehingga cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang berbeda akan tersebar.

Pada siang hari langit terlihat berwarna biru karena biru merupakan cahaya dengan panjang gelombang paling pendek sedangkan pada pagi dan sore hari langit terlihat berwarna merah jingga.

Timbulnya warna merah jingga disebabkan oleh matahari berada di posisi lebih rendah sehingga sinar matahari akan melewati lapisan atmosfir yang lebih tebal.

Merah merupakan komponen warna yg memiliki panjang gelombang paling tinggi sehingga pada posisi ini warna merah jingga dapat masuk ke dalam permukaan bumi.

Namun mengapa luar angkasa berwarna hitam?

Hal itu disebabkan karena luar angkasa merupakan ruang hampa udara sehingga tidak adanya molekul yang memendarkan dapat cahaya matahari.

Baca Juga: Mengerikan! Ternyata Hiu Sudah Jadi Predator Sejak Masih Dalam Kandungan, Simak Ulasannya

Bahkan pada tahun 1823 astronom asal Jerman Heindrich Wilhelm Matthias Olbers menyatakan bahwa luar angkasa tanpa batas namun memiliki usia 15 milyar tahun, sehingga jika terdapat objek luar angkasa yang letaknya melebihi 15 milyar tahun maka cahaya tersebut tidak akan sampai pada mata kita.

Hal tersebut membuktikan bahwa luar angkasa sangatlah luas sehingga hanya sebagian kecil ilmu kita miliki yang dapat menjangkau luar angkasa.***

Editor: Siti Elkanauly Pratiwi

Tags

Terkini

Terpopuler