Cek Fakta: Benarkah Efek Vaksin Sinovac Berakibat Pembesaran Pada Kelamin? Simak Penjelasannya

- 8 Januari 2021, 09:56 WIB
Ilustrasi Vaksin Covid19
Ilustrasi Vaksin Covid19 /Royan B/

Faktanya, klaim tersebut adalah informasi palsu. Jurnal yang disebutkan di klaim adalah studi yang telah diedit sedemikian rupa. Jubir vaksinasi Covid-19 dari BPOM, Lucia Rizka Andalusia, menegaskan informasi tersebut hoaks.

Dilansir dari media pemberitaan nasiaonal, Lucia Rizka Andalusia, menegaskan informasi tersebut hoax atau menyesatkan.

“Hoax lah… mana ada jurnal ilmiah pakai bahasa seperti itu. Lagian vaksin kita kan bukan rekombinan,” katanya pada Kamis 7 Januari 2021.

Baca Juga: Fadli Zon Diduga Sindir Aksi Blusukan Mensos Risma: Jangan-Jangan Gangguan Gila Pencitraan!

Sejauh ini ada dua vaksin Covid-19 yang sudah mengumumkan efektivitasnya, yakni Pfizer-BioNTech dan Moderna. Baik data uji klinis Pfizer-BioNTech maupun analisis efikasi Moderna dari studi Fase 3 vaksinnya tidak menunjukkan pembesaran penis sebagai salah satu risiko atau efek samping.

Sementara itu, berdasarkan situs pengecekan fakta Snopes, informasi mengenai vaksin Sinovac dapat membuat penis membesar hingga 3 inci adalah salah. Mereka menemukan sebuah studi yang telah diedit sedemikian rupa.

Studi asli yang diterbitkan pada ‘The New England Journal of Medicine berjudul ‘Phase 1-2 Trial of a SARS-CoV-2 Recombinant Spike Protein Nanoparticle Vaccine’ telah diedit menjadi ‘SARS-CoV-2 Recombinant Covid-19 Vaccine has shown to increase penis lenght by 3 inches in some individuals’.

Baca Juga: Joshua Wong, Aktivis Pro-demokrasi Hongkong Dituduh Melanggar UU Keamanan Nasional

Salah satu bukti bahwa studi itu telah diedit terlihat dari adanya kesamaan metode yang digunakan dalam jurnal palsu tersebut. Hasil penelusuran di situs NEJM juga tidak ditemukan jurnal berjudul ‘SARS-CoV-2 Recombinant Covid-19 Vaccine has shown to increase penis lenght by 3 inches in some individuals’.

“Studi itu tipuan. Kesalahan ejaan dan tata bahasa dan jelas bahasa non-akademis yang terkandung dalam artikel dengan mudah menunjukkan bahwa itu dimaksudkan untuk menjadi humor, tetapi bukti pasti dapat ditemukan dalam fakta bahwa artikel tersebut menyalin dan menempel seluruh bagian dari studi nyata, yang sebenarnya diterbitkan di New England Journal of Medicine pada 10 Desember 2020,” kutip Snopes.

Halaman:

Editor: Imas Solihah

Sumber: Turn Back Hoax


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah