Covid-19 Dianggap Mengurangi Tingkat Kesuburan Pria, Ini Penjelasan Ahli

31 Januari 2021, 19:40 WIB
ilustrasi covid-19 /Pixabay

PR PANGANDARAN – Covid-19 dianggap dapat berdampak negatif kepada kualitas sperma hingga mengurangi tingkat kesuburan pria.

Menurut laporan para peneliti, Covid-19 mengurangi tingkat kesuburan pria mungkin tergantung pada tingkat keparahan penyakit yang dialaminya.

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Healio bahwa interaksi virus Covid-19 dalam jumlah besar yang ada dalam sel sperma itu tidak banyak diketahui, artinya ini pun berbanding lurus dengan belum diketahui berpengaruh pada tingkat kesuburan pria.

“Hanya sedikit informasi yang diketahui tentang interaksi virus Covid-19 dalam jumlah besar yang ada pada sel sperma,” ujar Behzad Hajizadeh Maleki, mahasiswa doktoral dan asisten peneliti di departemen ilmu psikologi dan olahraga Universitas Justus Liebig di Jerman, dan Bakhtyar Tartibian, PhD dari departemen ilmu pendidikan jasmani dan olahraga di Universitas Urmia di Iran di jurnal Reproduksi.

“Kami adalah yang pertama menangani hubungan antara perubahan dalam beberapa biomarker sperma dan fungsi reproduksi pada pasien pria yang sembuh dari Covid-19,” ujarnya.

Baca Juga: Menganggur Tidak Digaji 4 Bulan, Pasangan Malaysia ini Terpaksa Tinggal di Gubuk

Hajizadeh Malekiand Tartibian melakukan studi kohort prospektif longitudinal terhadap 84 pria yang terkonfirmasi Covid-19 di laboratorium dan 105 pria tanpa penyakit tersebut di Iran.

Para peneliti menganalisis perubahan aktivitas angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), penanda peradangan dan stres oksidatif, variabel apoptosis dan kualitas semen, yang semuanya dievaluasi pada interval 10 hari hingga 60 hari.

Sebagian besar pria dalam penelitian ini berusia 30-an dan berbeda secara substansial dalam hal berat badan, persen lemak tubuh, dan BMI, menurut para peneliti.

Baca Juga: Permadi Arya Dipanggil Bareskrim Polri atas Cuitannya, Susi Pudjiastuti: Ayo Unfollow, Jangan Pedulikan Lagi

Di antara mereka yang terpapar Covid-19, semua kecuali satu memiliki bentuk penyakit sedang, parah, atau kritis. Seorang ahli urologi membenarkan bahwa semua pria subur yang ada dalam penelitian tersebut. Pria dengan COVID-19 diobati dengan kortikosteroid dan/atau terapi antivirus.

Para peneliti melaporkan bahwa pada awal dan selama tindak lanjut berikutnya, kelompok Covid-19 menunjukkan tingkat enzim ACE2 plasma mani yang secara signifikan lebih tinggi, serta tingkat sitokin pro dan anti-inflamasi yang lebih tinggi dalam sperma - termasuk interleukin (IL). 1-beta, IL-6, IL8, IL-10, transforming growth factor (TGF) -beta, tumor necrosis factor-alpha, dan interferon alpha dan gamma.

Mereka juga memiliki tingkat spesies oksigen reaktif yang lebih tinggi dan aktivitas superoksida dismutase yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang sehat.

Penanda peradangan dan stres oksidatif pada sel sperma pria yang terpapar Covid-19 meningkat lebih dari 100% dibandingkan dengan kontrolnya, menurut para peneliti. Konsentrasi sperma berkurang 516%, mobilitas 209% dan bentuk sel sperma berubah 400%.

Baca Juga: Bukan Hanya Warisan Lina Jubaedah, Masalah Teddy dan Rizky Febian Melebar ke Hak Mengurus Bintang

Meskipun efek ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu - mewakili ‘keadaan sementara subfertilitas pria seperti mereka yang memiliki oligoasthenoteratozoospermia’ - para peneliti menulis bahwa mereka tetap ‘secara signifikan dan abnormalnya lebih tinggi pada pasien Covid-19, dan besarnya perubahan ini juga terkait dengan tingkat keparahan penyakit’.

Dalam wawancara dengan Healio Primary Care, Hajizadeh Maleki merekomendasikan pasangan yang ingin memiliki anak harus berhati-hati.

“Pasangan wanita dari pria yang sembuh dari penyakit harus memutuskan untuk tidak hamil sampai seorang spesialis dengan hati-hati memeriksa dan menyatakan status kesuburan mereka,” ujarnya.

Baca Juga: Mengharukan, Anjing Ini Menolak Meninggalkan Pemiliknya, Merasa Bagian dari Dirinya

Alasan mengapa Covid-19 memengaruhi mediator inflamasi mani masih belum jelas, menurut para peneliti, tetapi mereka menyarankan ‘faktor kekebalan yang terganggu mungkin hanya cerminan dari respons kekebalan umum, seperti dalam serum’.

Mereka mengakui bahwa terapi antivirus untuk Covid-19 mungkin memiliki ‘konsekuensi bahaya tambahan’ pada kesuburan pria , dan penelitian lebih lanjut diperlukan. ***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Healio

Tags

Terkini

Terpopuler