Peringatan WHO: Bekerja dengan Waktu yang Lama Bisa Sebabkan Kematian

18 Mei 2021, 14:00 WIB
ilustrasi bekerja./ /Burst/Pexels

PR PANGANDARAN - Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengatakan bahwa bekerja terlalu lama dalam durasi berjam-jam telah menghilangkan ratusan nyawa setiap tahun, terlebih dala kondisi yang mengkhawatirkan akibat wabah Covid-19.

Pada studi dunia pertama tentang hilangnya nyawa terkait dengan jam kerja yang lebih panjang makalah di jurnal "Environment International" mengatakan bahwa 745 ribu orang meninggal akibat stroke dan penyakit jantung terkait dengan jam kerja yang lama pada tahun 2016. Kasus tersebut melonjak hampir 30 persen sejak tahun 2000.

"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu merupakan bahaya kesehatan yang serius," ujar Maria Neira, direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Reuters pada Selasa, 18 Mei 2021.

Baca Juga: Sinopsis dan Link Download Doom at Your Service Episode 4 Sub Indo: Dong Kyung dan Myul Mang Jadi Murid SMA

"Yang ingin kami lakukan dengan informasi ini adalah mempromosikan lebih banyak tindakan, lebih banyak perlindungan terhadap pekerja," lanjutnya.

Dalam studi yang diadakan WHO dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), menerangkan bahwa sebagian besar korban (72 persen) adalah laki-laki dan berusia sudah tua.

Pada waktu yang bersamaan, kematian terjadi jauh tidak menentu, terkadang beberapa dekade kemudian, daripada kerja shift.

Baca Juga: Pilih Jadi Tentara Zionis dan Abaikan Kritik, Muslim Israel: Cinta Negara, Hidup Lebih Mudah

Hal tersebut memperlihatkan bahwa orang yang hidup di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat wilayah yang dipilih WHO yang mencakup China, Jepang dan Australia adalah yang paling signifikan.

Secara total, penelitian mencakup data dari 194 negara menjelaskan bahwa bekerja 55 jam atau lebih seminggu dikaitkan dengan kemungkinan terkena stroke 35 persen lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik 17 persen lebih tinggi dibandingkan dengan 35-40 jam kerja per minggu.

Studi tersebut mencakup kurun waktu 2000-2016, tidak termasuk Covid-19, tetapi staff WHO berujar lonjakan karyawan jarak jauh dan krisis ekonomi global akibat darurat Covid-19 mungkin telah meningkatkan risiko.

Baca Juga: Tanggapi Video Deddy Corbuzier dengan Ayat, Tretan Muslim Kritik Pedas Aldi Taher

"Pandemi mempercepat perkembangan yang dapat mendorong tren peningkatan waktu kerja," kata WHO, memperkirakan bahwa setidaknya 9 persen orang bekerja dengan jam kerja yang lebih lama.

Staf WHO, termasuk Pemimpinnya Tedros Adhanom Ghebreyesus, menjelaskan mereka telah bekerja berjam-jam selama pandemi dan Neira mengatakan PBB akan berusaha meninjau kebijakannya sehubungan dengan penelitian tersebut.

Capping hour akan bermanfaat bagi pengusaha karena telah terjamin meningkatkan kemampuan pekerja, kata petugas teknis WHO Frank Pega.

Baca Juga: Setelah Wisatawan Membludak, Pemkab Pangandaran Buka Kembali Tempat Wisata dengan Prokes Ketat

"Ini benar-benar pilihan cerdas untuk tidak menambah jam kerja panjang dalam krisis ekonomi," katanya.***

 

Editor: Imas Solihah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler