Beredar Isu, Benarkah Penggunaan Termometer Inframerah Bisa Rusak Otak Manusia? Begini Faktanya

27 Agustus 2020, 06:44 WIB
TIM medis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran memeriksa suhu tubuh pengunjung Gedung Rektorat, Jatinangor, dengan termometer inframerah, Kamis 12 Maret 2020. Bagi pengunjung yang suhu tubuhnya lebih dari 38,5 derajat celcius dirujuk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan.* /HUMAS UNPAD/

PR PANGANDARAN - Bahaya penggunaan termometer inframerah (thermogun) menjadi salah satu berita yang cukup populer di tengah pandemi Covid-19.

Alat tersebut digunakan dengan membidik bagian tengah untuk mengukur suhu tubuh guna mencegah persebaran Covid-19.

Tidak sedikit yang percaya bahwa alat itu dapat memancarkan sinar radiasi yang merusak jaringan otak, khususnya kelenjar pineal.

Baca Juga: Cerita Mistis 5 Tempat Wisata Paling Angker di Indonesia, Salah Satunya Sering Terdengar Jeritan

Kabar perihal bahaya penggunaan termometer inframerah tidak hanya menghebohkan media sosial Indonesia, namun juga internasional. Kabar ini di antaranya tersebar di Facebook dan Twitter.

Dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari situs RRI, Bahkan unggahan terbaru tersebar pada 16 Agustus lalu dari pengguna yang tidak dapat disebutkan menyatakan bahwa perawat di Australia telah mengklaim bahaya tersebut.

Sebagaimana berita ini meresahkan, pihak Australian Associated Press (AAP) telah melakukan pengecekan fakta mengenai hal ini.

Baca Juga: Oplos Miras dengan Obat Nyamuk dan Spirtus, 5 Orang Tewas 3 Kritis

Melansir AAP, dua orang ahli dari Universitas Johns Hopkins di AS telah menyatakan bahwa “termometer inframerah tidak memancarkan sinar inframerah ke arah kelenjar pineal, melainkan mendeteksi radiasi yang dipancarkan.”

Termometer inframerah pada dasarnya tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan benda lain di sekitar manusia.

Sebagaimana disampaikan Peter Saunders ilmuwan termometri radiasi di Laboratorium Standar Pengukuran Selandia Baru kepada AAP ia menyatakan bahwa termometer inframerah hanya menangkap radiasi inframerah alami yang dipancarkan objek.

Baca Juga: Hadapi Atasan Toxic Dengan 3 Tips Jitu Berikut ini, Dijamin Sangat Ampuh

Jika bingung untuk membayangkannya, pada dasarnya sistem kerja ini serupa dengan cara kerja kamera saat memotret objek.

Dalam memotret, kamera akan “mengumpulkan dan memfokuskan energi inframerah yang dipancarkan oleh target ke detektor di dalam perangkat.”

Hal itulah yang serupa dengan termometer inframerah, ia hanya menangkap sinar radiasi alami dan tidak memancarkan sinar serupa.

Baca Juga: Miris, 500 Kasus Perceraian Perbulan Terjadi di Bandung Disebabkan Faktor Berikut ini

Adapun terkait wilayah yang dituju, dahi memang dianggap sebagai wilayah yang tepat untuk melakukan pengecekan suhu.

Adapun kelenjar pineal tidak akan terpengaruh sekalipun hal ini dilakukan.

Kelenjar itu berada di bagian tengah tengkorak, tepat di antara dua belahan otak dan terlalu dalam untuk dapat terpapar sinar dari luar tubuh.

Baca Juga: Hati-hati! 5 Ciri Rekan Kerja Toxic ini Wajib Dihindari, Salah Satunya Penjilat

“Cahaya memiliki kapasitas yang sangat rendah untuk menembus penghalang yang dibentuk oleh tengkorak, bahkan jika panjang gelombang inframerah lebih mudah menembus,” ucap Gabrielle Girardeau, peneliti ilmu saraf di Institut Nasional Penelitian Kesehatan dan Medis, dikutip World Today News.

Dengan ini, maka sudah jelas bahwa berita termometer inframerah merusak jaringan otak maupun kelenjar pineal adalah hoaks belaka. Adapun alasan termometer jenis ini digunakan karena ia bersifat non-kontak.

Sebagaimana disampaikan Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA), pengukuran suhu dapat dilakukan dengan cara demikian menggunakan termometer inframerah.

Baca Juga: CATAT! Jika Masuk dalam Kriteria ini, Pelaku UMKM Tidak Bisa Nikmati Bantuan Rp 2,4 Juta

Selain itu, alat ini menampilkan pembacaan yang cepat meski tidak menyentuh dan dapat digunakan serta dibersihkan dengan mudah.***

Editor: Evi Sapitri

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler